Minggu, 23 Agustus 2015

Aku masih oke oke saja kok

Detik ini aku masih memiliki foto kami, walau tak sering ku lihat tetapi selalu ku simpan di tempat yang mudah aku ingat sama dengan obat batuk ku. Ketika rindu itu hinggap aku bisa meredakannya dengan melihat wajah kita bahagia disana, aku tersenyum lalu tarik napas dan membuang napas seperti membuang rindu ini.  Kau tahu saat  melihat foto itu memori apa yang selalu muncul di saat pertama? Bukan, bukan saat foto itu diambil tetapi sekitar 2 tahun foto itu diambil dan bukan memori yang indah tetapi sebaliknya. Menyedihkan akhir kami berpelukan erat.
Suara kendaraan sangat menganggu saat itu, karena pembicaraan orang dibelakang yang berbisik-bisik jadi tidak jelas aku. Aku penasaran apa yang mereka bicarakan karena diawal pembicaraan mereka menyebut Teno. Satu dua kalimat aku dengar, mereka bilang “ Teno kemarin ada di pasar berbelanja yang banyak lebih banyak dari belanjaan ibu ku” lalu yang satunya bilang “Dengar-dengar Teno itu tinggal dengan bapaknya dan adik-adiknya yang semuanya laki-laki dan masih kecil”. Oh ternyata 2 gadis itu sedang bergosip, kenapa Teno jadi bahan gosipan senior kami? Aku baru sadar ada senior yang mengenal Teno bahkan tau dengan keluarganya walau hanya “dengar-dengar”.
Teno sangat dekat denganku dia sahabatku yang paling ceria tetapi kalau mendengar dia curhat atau menceritakan tentang dirinya kami bisa nangis, tapi itu tidak kami lakukan karena setelah itu dia akan mengatakan “aku masih oke oke saja kok”. Teno anak pertama dari keluarganya namun bukan anak pertama yang dilahirkan. Dia diadopsi dari keluarga yang punya banyak anak di sebuah kampung dan orang tua angkatnya hanya mengambil dan pergi. Saat itu ia berumur 3 bulan, tidak ada surat adopsi, foto atau alamat lengkap orang tua kandungnya. Orang tua angkatnya tidak akan pernah jujur kalau saja ibunya tidak memberi amanah terakhir yang kejam itu. Saat ibu nya sekarat ibu nya hanya berbicara kepada adik pertamanya untuk jaga Adik-adiknya, jadi keturunan yang baik, dan bantu biaya sekolah Adik-adiknya bila dia sudah bisa kerja. Sedangkan Teno yang juga di depan mata Ibunya tak dilihat sama sekali, sampai ke Adiknya yang paling bungsu untuk menuruti perintah adik pertamanya. Teno sungguh tidak dianggap ada saat itu, lalu Ibunya pergi ke ruang operasi dan keluar dalam keadaan tidur berselimut seluruh tubuh. Dia bertanya ke Ayahnya, ayahnya bilang itu untuk anak kandungnya saja dan mengakui Teno hanya anak yang diadopsi untuk pancingan saja, setelah Teno bisa sekolah dan mendapatkan anak mereka akan kembalikan Teno ke orang tuanya. Namun, orang tuanya baru bisa punya anak saat Teno SD kelas 4. Mereka ingin memulangkan Teno ternyata rumah Teno dulu sudah rata dengan tanah entah kemana orang tua kandungnya. Nama orang tua kandungnya pun Teno tidak tahu yang dia tahu dia bukan anak kedua orang tuanya sekarang. Adik pertamanya sudah SMP dan masih ada 2 adik lagi yang masih SD. Ibunya sebelum meninggal bekerja di Bank dan ayahnya hanya buruh. Dia bilang yang membiayai sekolah kebanyakan dari Ibunya dan setelah tidak ada, keuangan jadi sulit bahkan Ayahnya menyuruh Teno tidak kuliah saja dan bekerja. Saat Teno menolak Ayahnya marah dan mengatakan Teno seharunya mengganti biaya hidupnya. Saat itu dia sudah kelas 3 SMA dan dia memang sedang berkerja di malam hari untuk menambah uang sekolah adiknya. Teno bisa kuliah bukan karena uang hasil kerjanya tidak mungkin cukup, dia mendapatkan beasiswa penuh, dan dia tetap kerja untuk Adik-adiknya. Jadi, kenapa Teno berbelanja ke pasar padahal dia cowok, itu karena dia lah yang menggantikan posisi Ibunya mengurus rumah, tetapi kenapa dia belanja banyak sekali, aku tidak tahu.
Aku menyebrang jalan dan masuk ke toko buku kecil. Aku melihat Iko sedang asyik membaca sambil menggoyangkan kakinya. Dia sungguh pembaca yang dahsyat bisa dia berdiri sambil membaca novel 360 halaman, yang buat heran kenapa dia tidak diusir-usir.  Kata penjaga buku kalau dia berdiri lama akan banyak pengunjung yang masuk, awalnya ku kira dia bawa keberuntungan ternyata pengunjung yang dimaksud adalah perempuan sehingga tokonya jadi rame. Dia memang  Aku langsung mengajaknya keluar dan beli saja buku itu dan dia menolak katanya tanggung tinggal 27 halaman lagi. Berarti tinggal 5 menit lagi dan aku menunggu saja sambil ikut membaca.
Aku mengajak Iko ketemu Teno karena dia tidak masuk dan menceritakan obrolan 2 gadis tadi. Dia malah berpikir jangan-jangan Teno memang sedang berpesta karena keluarga kandungnya datang dan keluarga kandungnya ingin Teno kembali tetapi Ayah angkatnya malah minta uang sebagai ganti rugi. Sungguh Iko salah, hanya beberapa yang salah. Kami kerumah Teno, Ayahnya bilang Teno pergi setelah masak banyak dirumah, dia memasak masakan yang mudah untuk dipanasi. Ayahnya melihat dia pergi dengan membawa tas besar, dia pikir Teno pergi bersama kami.
Teno pergi tanpa cerita ada apa. Setelah sangat dekat satu tahun, setelah Iko terlalu jujur tentang Ibu dan Ayahnya yang cerai dan aku cerita adik perempuanku yang sudah nikah hanya karena dia membawa pacarnya kerumah. Dia mulai cerita tentang keluarganya dan dia menangis. Aku dan Iko hanya bengong kami tidak tahu harus berbuat apa, syukur di rumah Iko kosong karena Ibunya sedang pergi. Dia menangis karena dia sungguh cinta dengan Ibunya tetapi saat terakhir melihat Ibunya, Ibunya sama sekali tidak melihatnya, memeluknya pun Teno tak bisa. Dia menyesal kenapa hanya diam saja saat itu. Dia menangis kenapa tega sekali orang tuanya tidak tahu kemana orang tua kandungnya padahal dia hanya dipinjam. Tetapi yang membuatnya menangis sangat keras dia bersyukur punya keluarga nya sekarang dia bisa disayang walau hanya sampai SMP. Apabila dia tetap tinggal dikeluarga yang tega membuangnya mungkin dia akan tidak dianggap dari dia bayi.
Kami menelepon Teno, hanya kami yang tahu isi dari dirinya. Dia masih mencari keluarganya. Teno dengan tenang bilang dia ada di rumah keluarga kandungnya. Mereka tinggal di kota lain, dan dia hanya bilang “aku masih oke oke saja kok”, kami tidak tahu oke bagaimana yang dia maksud. Kami minta alamat dia tidak mau memberi tahu. Dia bilang akan kembali setelah semua urusan disini selesai.
Setelah 5 hari dia kembali lagi kuliah, tetapi wajahnya sangat dingin, kami ingin memukulnya dia menghindar dan pergi saja. Ada sesuat yang tidak kami tahu. Dia bercerita rahasianya setelah 1 tahun yang sangat intim antara kami, dan untuk yang ini akan lebih sulit. Dia dan kami berdua sudah terpisah selama jam kuliah, kami tidak tahan dan mendekatinya dengan hati-hati, dan mengajaknya ke rumah Iko.
Disini lah kisah menyedihkan itu, Teno menolak dia dengan keras mengatakan dia harus pulang, harus bersih-bersih rumah, kami bilang mau membantu dan dia lebih marah lagi, lalu pergi. Dia tidak oke sekarang karena dia tidak mengatakan itu. Aku dan Iko ke rumahnya setelah makan di sebuah kafe kesukaan Teno, kami membawa makanan untuk Adik-adiknya. Saat dirumahnya Teno tidak ada dan tidak pulang dia sudah pergi 5 hari itu kata Adiknya. Kami pun kebingungan kemana Teno. Telepon Teno tidak diangkat dan dia kirim SMS yang isinya “aku masih oke oke saja kok”. Aku kehilangan satu sahabat saat itu, dia pergi dan selesai ceritanya bersama kami.
2 hari setelah tidak berhubungan kami tidak sabar, kami menelepon Teno lagi dan yang mengangkat perempuan yang mengaku kakak kandung Teno, dia bilang Teno sedang dirawat setelah operasi donor ginjal. Dia masih belum sadar. Kami minta alamat rumah sakit atau kotanya saja Kakaknya tidak mau memberi tahu dan setelah itu kami benar-benar tidak bisa menghubungi dia lagi.
Kurang dari 2 tahun kami bertiga dekat tetapi itu akhir dari aku berteman dekat dengan orang. Setelah kehilangan Teno, Iko dan aku pun tidak sering bermain lagi, kami lebih sering diam dan bertanya kepada diri sendiri dimana kami saat Teno sakit seperti itu. Apa dia sudah sadar? Atau ? kami sudah berkali-kali kerumah Ayah angkatnya, dia benar-benar tidak tahu kemana Teno saat ditelpon tak pernah diangkat. Dan setelah kami cerita kabarnya dari kakaknya itu Ayahnya hanya menangis. Dia menangis lalu membuka kotak isi uang yang banyak, itu uang Teno yang ia kumpulin. Serta buku tabungan yang atas nama Adik pertamanya, dia membuat  itu untuk uang kuliah adiknya.
Kabar Teno sampai kami sudah berkeluarga pun kami belum dapatkan. Tetapi 2 hari yang lalu kami dapat kabar dari Adiknya, dia bilang Teno memang salah jalan, dia dimanfaatkan keluarganya, saat operasi ginjal memang ada kesalahan sehingga Teno kritis, karena rumah sakit butuh donor hati yang cocok dengan hati Teno mereka meminta persetujuan keluarga yang kejam ini untuk Teno sebagai pendonor. Mereka menandatangani setelah tau berapa duit yang mereka dapatkan. Dan bahkan setelah dokter bilang bahwa operasi sangat berbahaya dan dapat membuat pasien meninggal, keluarganya malah mengatakan apa masih ada yang butuh dengan organ di tubuh Teno. Sungguh saat itu Adiknya sambil menangis mengatakan bahwa Teno masih bernapas, jantungnya berdetak dengan baik hanya dia yang belum sadar sampai batas waktunya dan dikatakan koma. Dia hanya koma tetapi sudah dianggap tidak ada harapan. Dan langsung setuju dengan donor hati. Setelah hati. Jantung, mata, kulit dan semua organ Teno didonorkan. Keluarganya tidak ada yang berubah, tidak ada yang hilang karena Teno memang sudah dihilangkan dari bayi dan Ayah dari keluarga itu kembali sehat. Adiknya tau itu karena dia koas di rumah sakit dulu Teno operasi. Teno sudah tidak ada setelah 36 jam kami meneleponnya dan tubuh Teno tidak tersisa, tidak ada kuburannya, yang ada surat persetujuan donor yang ditanda tangani keluarganya. Dia sungguh dibuang lagi oleh keluarganya.
Sekarang aku dan Iko berhubungan lagi, kami marah dan kesal kepada diri kami, dan bertanya apa dia masih oke oke saja sekarang. Dia selalu berkata oke oke saja, sekarang pun begitu kami percaya.