Detik ini aku masih memiliki foto
kami, walau tak sering ku lihat tetapi selalu ku simpan di tempat yang mudah
aku ingat sama dengan obat batuk ku. Ketika rindu itu hinggap aku bisa meredakannya
dengan melihat wajah kita bahagia disana, aku tersenyum lalu tarik napas dan
membuang napas seperti membuang rindu ini.
Kau tahu saat melihat foto itu
memori apa yang selalu muncul di saat pertama? Bukan, bukan saat foto itu
diambil tetapi sekitar 2 tahun foto itu diambil dan bukan memori yang indah
tetapi sebaliknya. Menyedihkan akhir kami berpelukan erat.
Suara kendaraan sangat menganggu
saat itu, karena pembicaraan orang dibelakang yang berbisik-bisik jadi tidak
jelas aku. Aku penasaran apa yang mereka bicarakan karena diawal pembicaraan
mereka menyebut Teno. Satu dua kalimat aku dengar, mereka bilang “ Teno kemarin
ada di pasar berbelanja yang banyak lebih banyak dari belanjaan ibu ku” lalu
yang satunya bilang “Dengar-dengar Teno itu tinggal dengan bapaknya dan
adik-adiknya yang semuanya laki-laki dan masih kecil”. Oh ternyata 2 gadis itu
sedang bergosip, kenapa Teno jadi bahan gosipan senior kami? Aku baru sadar ada
senior yang mengenal Teno bahkan tau dengan keluarganya walau hanya “dengar-dengar”.
Teno sangat dekat denganku dia sahabatku
yang paling ceria tetapi kalau mendengar dia curhat atau menceritakan tentang
dirinya kami bisa nangis, tapi itu tidak kami lakukan karena setelah itu dia
akan mengatakan “aku masih oke oke saja kok”. Teno anak pertama dari keluarganya
namun bukan anak pertama yang dilahirkan. Dia diadopsi dari keluarga yang punya
banyak anak di sebuah kampung dan orang tua angkatnya hanya mengambil dan
pergi. Saat itu ia berumur 3 bulan, tidak ada surat adopsi, foto atau alamat
lengkap orang tua kandungnya. Orang tua angkatnya tidak akan pernah jujur kalau
saja ibunya tidak memberi amanah terakhir yang kejam itu. Saat ibu nya sekarat
ibu nya hanya berbicara kepada adik pertamanya untuk jaga Adik-adiknya, jadi
keturunan yang baik, dan bantu biaya sekolah Adik-adiknya bila dia sudah bisa
kerja. Sedangkan Teno yang juga di depan mata Ibunya tak dilihat sama sekali,
sampai ke Adiknya yang paling bungsu untuk menuruti perintah adik pertamanya. Teno
sungguh tidak dianggap ada saat itu, lalu Ibunya pergi ke ruang operasi dan
keluar dalam keadaan tidur berselimut seluruh tubuh. Dia bertanya ke Ayahnya,
ayahnya bilang itu untuk anak kandungnya saja dan mengakui Teno hanya anak yang
diadopsi untuk pancingan saja, setelah Teno bisa sekolah dan mendapatkan anak
mereka akan kembalikan Teno ke orang tuanya. Namun, orang tuanya baru bisa
punya anak saat Teno SD kelas 4. Mereka ingin memulangkan Teno ternyata rumah
Teno dulu sudah rata dengan tanah entah kemana orang tua kandungnya. Nama orang
tua kandungnya pun Teno tidak tahu yang dia tahu dia bukan anak kedua orang
tuanya sekarang. Adik pertamanya sudah SMP dan masih ada 2 adik lagi yang masih
SD. Ibunya sebelum meninggal bekerja di Bank dan ayahnya hanya buruh. Dia bilang
yang membiayai sekolah kebanyakan dari Ibunya dan setelah tidak ada, keuangan
jadi sulit bahkan Ayahnya menyuruh Teno tidak kuliah saja dan bekerja. Saat Teno
menolak Ayahnya marah dan mengatakan Teno seharunya mengganti biaya hidupnya. Saat
itu dia sudah kelas 3 SMA dan dia memang sedang berkerja di malam hari untuk
menambah uang sekolah adiknya. Teno bisa kuliah bukan karena uang hasil
kerjanya tidak mungkin cukup, dia mendapatkan beasiswa penuh, dan dia tetap
kerja untuk Adik-adiknya. Jadi, kenapa Teno berbelanja ke pasar padahal dia
cowok, itu karena dia lah yang menggantikan posisi Ibunya mengurus rumah,
tetapi kenapa dia belanja banyak sekali, aku tidak tahu.
Aku menyebrang jalan dan masuk ke
toko buku kecil. Aku melihat Iko sedang asyik membaca sambil menggoyangkan
kakinya. Dia sungguh pembaca yang dahsyat bisa dia berdiri sambil membaca novel
360 halaman, yang buat heran kenapa dia tidak diusir-usir. Kata penjaga buku kalau dia berdiri lama akan
banyak pengunjung yang masuk, awalnya ku kira dia bawa keberuntungan ternyata
pengunjung yang dimaksud adalah perempuan sehingga tokonya jadi rame. Dia memang
Aku langsung mengajaknya keluar dan beli
saja buku itu dan dia menolak katanya tanggung tinggal 27 halaman lagi. Berarti
tinggal 5 menit lagi dan aku menunggu saja sambil ikut membaca.
Aku mengajak Iko ketemu Teno
karena dia tidak masuk dan menceritakan obrolan 2 gadis tadi. Dia malah
berpikir jangan-jangan Teno memang sedang berpesta karena keluarga kandungnya datang
dan keluarga kandungnya ingin Teno kembali tetapi Ayah angkatnya malah minta
uang sebagai ganti rugi. Sungguh Iko salah, hanya beberapa yang salah. Kami
kerumah Teno, Ayahnya bilang Teno pergi setelah masak banyak dirumah, dia
memasak masakan yang mudah untuk dipanasi. Ayahnya melihat dia pergi dengan
membawa tas besar, dia pikir Teno pergi bersama kami.
Teno pergi tanpa cerita ada apa. Setelah
sangat dekat satu tahun, setelah Iko terlalu jujur tentang Ibu dan Ayahnya yang
cerai dan aku cerita adik perempuanku yang sudah nikah hanya karena dia membawa
pacarnya kerumah. Dia mulai cerita tentang keluarganya dan dia menangis. Aku dan
Iko hanya bengong kami tidak tahu harus berbuat apa, syukur di rumah Iko kosong
karena Ibunya sedang pergi. Dia menangis karena dia sungguh cinta dengan Ibunya
tetapi saat terakhir melihat Ibunya, Ibunya sama sekali tidak melihatnya,
memeluknya pun Teno tak bisa. Dia menyesal kenapa hanya diam saja saat itu. Dia
menangis kenapa tega sekali orang tuanya tidak tahu kemana orang tua kandungnya
padahal dia hanya dipinjam. Tetapi yang membuatnya menangis sangat keras dia
bersyukur punya keluarga nya sekarang dia bisa disayang walau hanya sampai SMP.
Apabila dia tetap tinggal dikeluarga yang tega membuangnya mungkin dia akan
tidak dianggap dari dia bayi.
Kami menelepon Teno, hanya kami
yang tahu isi dari dirinya. Dia masih mencari keluarganya. Teno dengan tenang
bilang dia ada di rumah keluarga kandungnya. Mereka tinggal di kota lain, dan
dia hanya bilang “aku masih oke oke saja kok”, kami tidak tahu oke bagaimana
yang dia maksud. Kami minta alamat dia tidak mau memberi tahu. Dia bilang akan
kembali setelah semua urusan disini selesai.
Setelah 5 hari dia kembali lagi
kuliah, tetapi wajahnya sangat dingin, kami ingin memukulnya dia menghindar dan
pergi saja. Ada sesuat yang tidak kami tahu. Dia bercerita rahasianya setelah 1
tahun yang sangat intim antara kami, dan untuk yang ini akan lebih sulit. Dia dan
kami berdua sudah terpisah selama jam kuliah, kami tidak tahan dan mendekatinya
dengan hati-hati, dan mengajaknya ke rumah Iko.
Disini lah kisah menyedihkan itu,
Teno menolak dia dengan keras mengatakan dia harus pulang, harus bersih-bersih
rumah, kami bilang mau membantu dan dia lebih marah lagi, lalu pergi. Dia tidak
oke sekarang karena dia tidak mengatakan itu. Aku dan Iko ke rumahnya setelah makan
di sebuah kafe kesukaan Teno, kami membawa makanan untuk Adik-adiknya. Saat dirumahnya
Teno tidak ada dan tidak pulang dia sudah pergi 5 hari itu kata Adiknya. Kami pun
kebingungan kemana Teno. Telepon Teno tidak diangkat dan dia kirim SMS yang
isinya “aku masih oke oke saja kok”. Aku kehilangan satu sahabat saat itu, dia
pergi dan selesai ceritanya bersama kami.
2 hari setelah tidak berhubungan
kami tidak sabar, kami menelepon Teno lagi dan yang mengangkat perempuan yang
mengaku kakak kandung Teno, dia bilang Teno sedang dirawat setelah operasi
donor ginjal. Dia masih belum sadar. Kami minta alamat rumah sakit atau kotanya
saja Kakaknya tidak mau memberi tahu dan setelah itu kami benar-benar tidak
bisa menghubungi dia lagi.
Kurang dari 2 tahun kami bertiga
dekat tetapi itu akhir dari aku berteman dekat dengan orang. Setelah kehilangan
Teno, Iko dan aku pun tidak sering bermain lagi, kami lebih sering diam dan
bertanya kepada diri sendiri dimana kami saat Teno sakit seperti itu. Apa dia
sudah sadar? Atau ? kami sudah berkali-kali kerumah Ayah angkatnya, dia
benar-benar tidak tahu kemana Teno saat ditelpon tak pernah diangkat. Dan setelah
kami cerita kabarnya dari kakaknya itu Ayahnya hanya menangis. Dia menangis
lalu membuka kotak isi uang yang banyak, itu uang Teno yang ia kumpulin. Serta buku
tabungan yang atas nama Adik pertamanya, dia membuat itu untuk uang kuliah adiknya.
Kabar Teno sampai kami sudah berkeluarga
pun kami belum dapatkan. Tetapi 2 hari yang lalu kami dapat kabar dari Adiknya,
dia bilang Teno memang salah jalan, dia dimanfaatkan keluarganya, saat operasi
ginjal memang ada kesalahan sehingga Teno kritis, karena rumah sakit butuh
donor hati yang cocok dengan hati Teno mereka meminta persetujuan keluarga yang
kejam ini untuk Teno sebagai pendonor. Mereka menandatangani setelah tau berapa
duit yang mereka dapatkan. Dan bahkan setelah dokter bilang bahwa operasi
sangat berbahaya dan dapat membuat pasien meninggal, keluarganya malah
mengatakan apa masih ada yang butuh dengan organ di tubuh Teno. Sungguh saat
itu Adiknya sambil menangis mengatakan bahwa Teno masih bernapas, jantungnya
berdetak dengan baik hanya dia yang belum sadar sampai batas waktunya dan dikatakan
koma. Dia hanya koma tetapi sudah dianggap tidak ada harapan. Dan langsung
setuju dengan donor hati. Setelah hati. Jantung, mata, kulit dan semua organ
Teno didonorkan. Keluarganya tidak ada yang berubah, tidak ada yang hilang karena
Teno memang sudah dihilangkan dari bayi dan Ayah dari keluarga itu kembali
sehat. Adiknya tau itu karena dia koas di rumah sakit dulu Teno operasi. Teno
sudah tidak ada setelah 36 jam kami meneleponnya dan tubuh Teno tidak tersisa,
tidak ada kuburannya, yang ada surat persetujuan donor yang ditanda tangani
keluarganya. Dia sungguh dibuang lagi oleh keluarganya.
Sekarang aku dan Iko berhubungan
lagi, kami marah dan kesal kepada diri kami, dan bertanya apa dia masih oke oke
saja sekarang. Dia selalu berkata oke oke saja, sekarang pun begitu kami
percaya.