Jam dinding berbunyi menggantikan suara kami berdua yang
dari tadi rebut. Arsil sudah pergi dengan mobilnya, aku masih duduk di lantai
dan sibuk mengelap air mata ini, aku Cuma ingin nangis saja, aku merasa
bebas setelah berbulan – bulan tertekan dengan
pernikahan ini. aku juga sangat malu dengan pernikahan sehari pun belum, aku
bingung mau bilang apa ke papa dan mama,
tangan dari tadi mencoba memencet nomor telepon rumah tetapi selalu gagal. Aku bingung
mau ngasih tau kabar ini gimana apa aku harus bilang “ aku sudah jadi janda Ma
Pa tetapi kalian tenang saja besok aku akan nikah lagi dengan orang yang
kucintai “ apa mereka akan senang atau sedih atau ketawa atau terkena serangan
stroke mendadak. Oh andai saja hari ini adalah mimipi, mimpi yang selalu
kunantikan aku bertemu Ginda dan Adik angkatku Fira bisa bertemu juga dengan
Arsil. Aku selalu meneritakan Ginda ke Fira atau Difa itu dan aku sebut Ginda
dengan sejelas – jelasnya tetapi kenapa Fira tidak pernah sebut nama Arsil dia Cuma
bilang coklatku “coklatku kemana kau sekarang, stroberi ini merindukanmu”
selalu itu dan itu.
1 jam aku berpikir bagaimana cara mengabarkan orangtuaku dan
aku baru ingat Difa tidak tahu alamat rumah ini. Handphone aku cari lupa sudak
ku nonaktifkan dan segera ku aktifkan. Tentu saja sudah berpuluh sms dan
kebanyakan dari Difa ada juga dari Arsil. Aku buka dulu yang dari Arsil
Ginda sudah
kutemukan! Dia sedang tidur di
apartemennya
dia sudah bangun dan dia kenal kau lebih yang kau tahu
dia sudah bangun dan dia kenal kau lebih yang kau tahu
Itu saja? Apa kabarnya
ya Cuma Ginda sudah bangun doing? Aku cek sms Difa yang semua isinya sama
Kak, jangan
lakukan hal yang bodoh, aku kesana tp tidak tau mau kemana. Aku dijalan
Aku balas sms nya dengan singkat
Dmn?
Aku pergi menyusulnya, andai aku tahu daerah yang kutempati
ini gampang saja menelepon kembali Difa dan
menyuruhnya datang dengan sendirinya. Aku bersyukur sedan paman Arsil besok baru
dipulangkan. Tiba – tiba ada lagi sms
dari Difa ternyata dia lama juga balasnya dan itu pun cukup singkat dan sulit
dimengerti
Tidak tahu
Sumpah aku benar – benar ingin ngamuk, kenapa di situasi
seperti ini makin ribet saja untuk bertemu dengannya. Kenapa Arsil begitu gampang mendapatkan Ginda
dan aku tidak. Aku dan Arsil harus punya alasan yaitu cinta kamu sudah ketemu
dan itulah jodoh kami
Mau kemana? Aku
akan menyusul, aku sudah dijalan kok
Tidak lama ada lagi balasannya. Yang membuat aku tercengang
Ipukandra
Oh tuhan dia kesana, kenapa baru sekarang atau jangan –
jangan dia sudah tahu dan diam – diam saja.
Kau tahu
tempatnya? Tunggu aku akan menyusul, kami semua di kota kenapa kesana adikku? Apa
yang kau cari?
Aku menambah
kecepatan berusah cepat dan bisa menyusulnya. Arsil dikota semua keluarga di
kota yang di Ipukandra hanyalah saksi saja. Tiba – tiba ada telepon dari Difa,
aku berhenti di pinggir jalan yang memang sudah sangat sepi tetapi aku harus
bicara serius dengan Difa lebih serius dari mengendarai mobil dari
eropa ini.
“Dek, kamu ngapai kesana?”
“Kak aku bingung sekali tadi mau kemana, nelpon kakak gak
bisa, sms gak balas malah pending terus, dan aku ngga tahu kalian tinggal mana,
ya sudah aku pergi saja ke kampungnya dia mungkin kalian disana.”
“ya ampun, maaf ya salah kakak. Kamu tahu kampungnya dimana?
Kakak sudah keluar dari kota. Kamu diamana?”
“aku tahu, kakak ga papa?”
“tahu? Sejak kapan? Aku gak papa kalau kamu juga gak papa”
“sejak dia cerita ipukandra itu, memang aku belum pernah
kesana tapi aku tahu posisinya aku bisa baca peta kok”
“oh, kakak akan menyusul pokoknya kamu tunggu kakak disana
ya?”
“sama siapa?”
“sendiri”
“oke”
Selesai pembicaraan ini. aku hidupkan lagi dan ngebut sekali dan berhenti mendadak kembali. Lupa dengan Arsil aku harus adil
Difa di
Ipukandra, dia tahu ipukandra dimana tanpa harus kesana dulu
Selesai sms Arsil aku kembali jalan, ipukandra akan menjadi
saksi endingnya cerita ini. entah apa
kabar ipukandra sekarang seorang anak yang mengubah hutan menjadi kampung yang
indah. Kelihatan sekali kalau itu hanya
dongeng yang tidak nyata tetapi akankah
kisah ini jadi dongeng cinta yang
nyata? Difa tahu pasti jawabannya.
Sekitar 3 jam perjalanan akhirnya aku sampai sudah pagi dan
aku berhenti untuk sholat. Aku menelepon kembali Difa. Dan tanpa disangka dia
ada di Findation perusahaan itu, perusahaan pertama kali Arsil dirikan. Aku kembali
mengejarnya
Difa sedang duduk didepan gedung besar itu. Duduk termenung
di tulisan FINDATION kelihatan dia habis nangis.
“Kak gimana kabar kakak? Baik – baik saja kan? Apa yang
terjadi? Maaf aku malah buat repot”
“aku baik kok, aku cerai dengan Arsil, tidak apa – apa ini
tempat yang bagus untuk menyelesaikan masalah ini”
“benar – benar cerai? Karena aku?”
“bukan, karena cinta”
“dia cinta kau dan aku cinta orang lain”
“lalu kenapa nikah?”
“karena aku dan dia sudah waktunya nikah tetapi bukan pada
orang yang benar”
“kak ini jodoh lho jangan main – main, aku gak papa aku oke
kok, aku senang kalau kakan senang dia
bukan milikku kalau dia milikku kenapa kami tidak dipertemukan kembali”
“Di pernikahan aku dan Arsil lah kalian di pertemukan. Fir, aku gak bahagia sama dia. Kamu gak oke
kamu nangis kan?”
“aku nangis? “
“kamu kesini dan duduk disini karena kamu baru tahu kalau
ini untuk kamu kan?”
“ apa nya yang untuk aku?”
“kamu ngapai ke gedung besar ini dan duduk di namanya lagi?”
“ aku tahu ini gedung
paling besar dan satu – satunya disini jadi ya ketemu disini sepertinya pas”
“kan kalian jodoh”
“ini Arsil?”
“Iya buat kamu, buat masa depan kalian berdua bukan aku.”
“Pantesan disini ada nama aku” Difa menunjuk
bagian bawah nama besar itu dan memang ada namanya DIFARA NURSAN
Aku dan Difa masuk
kedalam dan duduk di taman gedung ini. tamannya kecil dan hanya ada bangku
kecil untuk dua orang atau ini seperti
dia duduk dengan Difa menceritak
pentingnya sekolah yang mebuatnya dia jatuh hati pada Difa. Aku rasa iya
Arsil datang dengan
mobilnya dan didalamnya ada orang lain. Jlegk jantung ini mulai resek buat
tidak tenang. Aku lihat ke Difa dia lebih tidak tenang.
Arsil datang dan Ginda turun dari mobil. Oh tuhan aku
rasakan apa yang Arsil rasakan dulu ditaman kampusnya bersama Difa dulu. Rasa rindu ini meluap hingga aku lupa aku ini
siapa.
Arsil diam, aku diam, Difa diam, dan Ginda yang baru datang
pun diam. Diam benar – benar situasi yang paling kubenci saat ini sungguh
menyiksa lebih menyiksa saat Arsil bilang cerai. Aku ingin bilang “ hai gimana
perjalanannya melelahkankah?” atau “kalian udah sarapan” atau “aku mau pulanggg
aku mau mama aku benar – benar takutt”
Syukur Arsil mulai ngomong, mulutnya terbuka dan keluar
adalah
“aku bawa kunci gedung ini, apa mau dibuka?” untuk apa dia
berkata seperti itu. Memang kunci gedung tiu bisa buka isi hati kami tanpa
harus ngomong dulu. Semua masih tetap diam dan aku menunduk tidak berani
memandang dua cowok di depanku.
“hmm maaf Fit, aku tidak bisa memenuhi janji aku” Arsil
kembali mencoba berbicara
“aku yang salah, aku tidak berhasil membawa nya ke kamu”
“kau berhasil kok malah sangat berhasil” Arsil memandang
Difa yang terus menunduk kelihatan Difa sangat kebingungan dan Arsil seperti
ingin memeluk Difa
Aku memutuskan pergi dan membiarkan Arsil duduk disebelah
Difa. Sungguh aku sama sekali tidak pantas untuk cemburu tetapi aku makin salah
tingkah seperti ABG karena Ginda yang
seperti patung.
“aku mau cari sarapan di sekitar sini dulu ya, aku lapar”
Arsil mengangguk dan hup! Duduklah dia disebelah Difa.
“Aku juga mau cari sarapan” oh Tuhan aku benar – benar rindu
suara ini. Ginda ikut jalan bersamaku
Aw aw situasi ini sungguh sangat pas sudah dua dan
dua. Ini kah takdir???
#TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar