Sabtu, 07 November 2015

Karungku Sayangku

Assalamualaikum, izinkan saya berbagi makna ujian sebelum ujian propos saya ya dengan cerita yang berbeda

cerita ke sekian

Si pemulung malang comeback
Pejabat dan warga yg baik selalu kesal saat orang lain membuang sampah sembarangan, tapi hanya aku yang senang dan berharap akan banyak orang yang membuang tidak di tong sampah. Kenapa?
itu karena mengorek sampah itu gak enak, hina kalau dilihat orang sombong, dan capek ngorek sampai bawah terus harus dimasukan lagi sisa sampahnya. bila aku ambil plastik-plastik di jalan aku merasa seperti orang peduli lingkungan membersihkan jalanan padahal badan aja gak bersih ngapai juga aku harus repot-repot bersihka jalanan. Hari ini ceritanya aku mencari plastik di pinggiran trotoar, masih pagi, aktivitas masih bersiap, bersiap membuka warung, bersiap kerja, sekolah, dan sarapan. Di trotoar hanya ada 2 pekerja yaitu pemulung dan tukang sapu ( biasanya disebut begini, maaf bila kurang berkenan). Si bapak tukang sapu menyapu gelas-gelas plastik dan membuangnya ke tong sampah besar, aku yang melihatnya langsung mengutuk dalam hati dan berlari ke bapak itu,
" Pak cuboklah kalo ado plastik2, kaleng2, apo yang kaco tu jangan ikut disapu, aku be yang ngambek itu" inilah caraku untuk bernegosiasi
" aku tugasnyo nyapu sampah terus buang ke tong sampah, dak ado di suruh tinggali sampah macam tu"
" tolong lah aku pak, aku nak ambek di tong sampah tuh susah sudah tercampur"
" kau be jadi tukang sapu?"
" bapak mau jadi pemulung?"
" anak aku sudah jadi pemulung, tapi dak nyanyok macam kau"
aku langsung lari ke tong sampah ambil plastik-plastik yang dibuang bapak tadi.
Karung yang kubawa sudah hampir penuh ternyata hari ini lagi beruntung dan bukan sekedar plastik, tapi juga botol2 dan kaleng yang lebih banyak, dengan sekarung ini saja cukup untuk beli nasi bungkus isi telur nanti siang. Ada kaleng besar bekas biskuit di ujung tong sampah bekas ini, aku masuk ke tong sampah ketika mobil truk sampah datang. Ketika aku menoleh kebelakang karungku sudah di bawa ke atas mobil aku langsung berlari dan teriak.
" Woy ubo punyo aku tu" aku menunjuk petugas yang membawa karung ku
" Pegi ko sano ah" aku malah di dorong
" Bang punyo aku tuh, aku yang ngambek, tau lah aku kau nak jual jugo"
" Diam kau, kau bikin berantakan be, tengok nah gawe kau"
Si petugas naik ke mobil dan pergi.
Kaleng biskuit tadi pun juga di ambil. hilang sudah nasi + telur nanti siang. Si bapak tukang sapu menghampiri membawa sampah di sodokannya dan sambil bilang
" iyo tukang sampah tu dak suko nian samo pemulung, padahal kerjo samo2 di tempat sampah"
" karung aku di ambeknyo, kayok mano aku mau cari plastik lagi?"
" cari lah di tempat sampah, dimano lagi?"
karung sampah di cari di tempat sampah yang digunakan untuk menampung sampah
pagi-pagi tong sampah pasti kosong karena baru dibersihkan, aku coba ke tempat tong sampah depan-depan rumah, sampai matahari penuh sudah di depan muka, tidak dapat juga karung atau yang bisa jadi tempat plastik. dan sampai matahari sudah diatas kepala masih juga belum dapat, nasi + telur masih dalam bayangan tadi pagi.
Hari ini ternyata tidak lagi beruntung terlalu cepat aku berprasangka baik untuk manusia yang dipandang kasihan. Aku duduk dipinggiran tong sampah pinggiran jalan raya. Aku sangat lapar masih terus berbayang nasi + telur yang enak untuk dimasukkan dalam mulut dan ditelan hingga ke lambung yang dari tadi sudah meminta diisi. Dan sedang duduk ada beberapa anak kuliahan sepertinya lagi makan di depan supermarket sambil menulis ntah itu apa namanya. mereka melihat aku sedetik atau dua detik lalu lanjutkan kehidupan bahagia mereka untuk versi aku. Lalu bagaimana kehidupan aku untuk versi mereka? mereka berwajah lelah, megang kepala sambil berteriak mengeluh, ada beberapa yang membanting pena. Lalu apa yang bisa aku banting? saat kesusahan pun tak pernah aku banting karung ku itu dan sekarang karung itu mengkhianati aku lebih memilih bersama truk.
mereka makan sesuap kemudian menulis lagi bahkan ada yang sambil main hp-nya. sepertinya mereka terburu-buru. apa mereka sedang mengejar sesuatu sehingga makanan mereka pun tak bisa dinikmati? Sedangkan aku sekarang sedang terburu-buru mencari uang untuk makan.
aku membuang napas. Aku kasihan karena mereka tidak melihat aku jika mereka melihat aku seperti aku melihat mereka sekarang ini, aku yakin mereka tidak akan membanting pena mengeluh dan makan dengan bersyukur. Aku yang terlalu jauh dari mereka saja bersyukur karena melihat mereka, karena aku tidak pernah membanting karungku, mengeluh dengan keras, dan menikmati setiap makanan yang masuk ke mulut. aku menghargai segala yang ada dan tidak ada.
aku berjalan lagi tetapi tidak lagi mencari karung tetapi ke tempat bos untuk bilang hari ini libur dulu. Ketika lewat jalan komplek perumahan yang ada bendera kuningnya, tiba-tiba ada ibu-ibu yang memanggil, dia memberi aku karung yang berisi beras.
" ini untuk kamu, terlalu banyak, buat kamu saja ya, doakan almarhum tenang disisi Allah"

*tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar