Sabtu, 12 Maret 2016

Menjelang magrib

Assalamualaikum

cihhaaaaatttt
whussssssss

*muncul secara tiba-tiba

lagi keseringan baca/nonton yang berantem2 fantasi gitu jadinya yaaa gitu lah

melihat ke atas judul tertulis mejelang magrib, kenapa judulnya itu? karena sebentar lagi magrib, jadi jawabanya waktu nulis postingan ini

setelah beberapa detik, menit, jam, hari, minggu dan bulan saya bisa nge-blog lagi (siapa yang tahu?)

sebenarnya kan memang gak rajin2 banget ngepost, tapi jujur aja sering banget buat niat nge-blog malam ini pokoknya harus eh ternyata malah kerjai yang lain (yang malah gak lebih penting)
kenapa begitu sulit untuk mulai merangkai kata di blog lagi? itu karena sibuk merangkai kata di tempat lain yang lebih penting.

supaya judulnya pas gitu yang daripada nanti ganti judul, aku akan menulis yang berhubungan dengan judul lah

tarrrrraaaaaaaaaaaa

di sore hari yang jingga sayup-sayup terdengar suara dari masjid dibelakang bangunan ini, sekitar 15 menit lagi akan adzan magrib. aku berusaha menyelesaikan tugas ini. hanya tinggal lantai bawah yang memang sudah kelihatan bersih. perbedaan setelah aku kerja adalah dari yang bersih ke lebih bersih.
Setelah selesai mengepel lantai dasar aku segera keluar gedung dan pergi ke parkiran. Sibuk mencari kunci motor tanpa kusadari adzan sudah berkumandang. Aku berusaha cepat dan tidak dapat juga. Mengingat dari sampai di gedung dan pulang aku tidak pernah melihat kunci motor tidak mungkin aku salah letak di suatu tempat. Aku mengira kunci tertinggal di motor dan ternyata diparkiran tidak ada satupun motor. Motorku dicuri?
ini gedung elit, ada satpam, ada cctv, rasanya susah kalau mau mencuri, tapi kalau memang kunci motor ada dimotornya memang aku lah yang salah. Bisa dibilang aku yang ngasih motornya.

aku yang sudah kelelah langsung terjatuh di tanah. tidak ada satupun orang disana termasuk satpam mingkin mereka lagi ke sholat. Aku dengan berat hati jalan keluar gerbang, menahan air mata membayangkan cicilan motor yang sudah lunas 1 bulan lalu. Aku membuka hp dan berusaha menghubungi teman yang mungkin bisa jemput, eh ternyata pulsa habis.

aku bingung mau jalan saja tidak akan ada kendaraan umum sampai ke jalan raya, sedangkan aku sudah sangat lemas. Aku masuk ke gedung lagi dan solat magrib disana, diakhir solat aku menangis secara berlebihan. Sadar tidak sadar aku seperti sudah kehilangan seluruh benda berharga. Kemudian datang 2 laki-laki. Syukurnya setelah mendengar obrolan mereka aku langsung berhenti nangis dan pura biasa saja. Lalu mereka datang dan bilang terima kasih banyak sambil nyodori kunci motor

kisah lain dimulai saat aku membersihkan lantai bawah

"Jang kenapa? kamu dimana kecelakaannya?... oh ya aku kesana tapi pakai apa?..... ya sudah kamu tunggu saja"
aku lagi siap-siap untuk keliling gedung untuk persiapan pulang, dan menerima telepon dari Jajang kalau dia kecelakaan sendiri alias ceroboh, dia nya sehat wal afiat tapi motornya hancur karena masuk selokan. Aku bingung mau kesana bagaimana dan tidak sengaja melihat kunci di kotak barang hilang. Tadi yang dapat kunci ini adalah aku, seingat aku motornya ditaruk bagian parkiran OB. aku rasa jajang cuma minta antar kesini saja jadi sebentar dan OB kan pulang sampai magrib jadi aku pinjam sebentar saja karena benar2 penting.

setiba aku disana ternyata dia menabrak tumpukan sampah yang kebetulan ada pemulung disana. Dia tidak cerita di telepon ada korban. Si pemulung tidak kenapa-kenapa sih hanya luka ringan cuma mengamuk hanya karena gerobaknya ikut ketabrak. Dia marah karena itu dipinjam kalau sampai ada yang rusak, luka ditubuhnya akan lebih parah. Aku lebih kebingungan kenapa Jajang malah sibuk ikut berdebat yang katanya dia tidak salah, menyalahkan anak itu, dan bla bla bla lainnya.

"bang tidak bisa gitu itu punya orang, abang yang ngerusaki, abang yang harus benerin"
"kenapa jadi urusan aku, tadi gerobaknya memang gitu, penipu"

Dilihat dari wajah si anak itu, dia benar-benar putus asa. Aku pun ikut putus asa melihat Jajang yang berdebat dengan anak kecil jadi pemulung pula. Aku pun mencoba menengahi, dengan mengajak mereka berdua ke tempat pemilik gerobak itu.
Saat tiba di rumah pemilik gerobang, tiba-tiba seorang laki-laki lebih tua dari kami keluar dari rumah dengan raut wajah cemas kami sudah mengira dia terkejut liha gerobaknya yang sedikit rusak kemudian bertanya

"ada apa?"
" tadi ada kecelakaan pak"
kemudian bapak itu kemudian terkejut bukan main dan terduduk lemas dilantai. kami terheran-heran
"bagaimana keadaanya?"
"ketabrak dibagian tengah pak, dan karena di dekat selokan jadi ke jatuh ke dalam bagian kakinya dan patah" Jajang menjelaskan dengan santai, si Bapak makin panik, bapak ini mungkin terlalu pelit jadi gak rela liat gerobaknya sedikit rusak.
"pak pak saya akan tanggung jawab kok, saya nanti benerin yang patah, kalau bisa saya buat baru"
"kamu kira bisa main benerin saja hah?" bapak itu seperti sudah putus asa, dan kelihatan menahan nangis. Adzan berkumandang.
"saya pernah jadi tukang buat perabotan rumah tangga, perbaiki kaki gerobak bukan apa-apa buat saya, malah saya buat baru yang lebih bagus" Jajang berkata seperti memohon
Si Bapak langsung berdiri dan celaingak celinguk ke arah gerobak dan melotot liat kami
"Sebenarnya ada apa? cerita yang lengkap" dia kelihatan marah
"sa..ssa..saya tadi tidak sengaja nabrak anak ini dan gerobaknya, motor saya dan gerobak masuk ke dalam selokan, tapi gerobak gak hancur hanya motor yang benar-benar hancur. saya beneran tidak sengaja"
"Keadaan istri saya gimana? " aku berpikir bapak ini gila
"saya gak tabrak istri bapak tapi gerobak bapak"
"terus kenapa motornya dengan kalian?"
kami semua melihat ke belakang, aku tersadar itu motor OB yang masih di dalam gedung.

Si bapak adalah pemilik gerobak dan pemilik motor yang aku pakai. Istrinya kerja pakai motor itu tadi pagi, biasanya diantar karena tadi bapak sibuk di rumah jadi si istri yang pakai motor sendiri, Karena si istri gak terlalu bisa bawa motor jadi bapak langsung berpikiran yang jauh.

ketika aku dan Jajang kasih kunci motor ke wanita yang baru selesai solat kami terkejut lagi lihat kelakuannya yang tiba-tiba nangis dan teriak syukur seperti dapat hadiah naik haji dari sabun cuci piring.

Rasa bersalah aku pun melebih rasa bersalah Jajang, dia selamat si bapak tadi sama sekali tidak mempermasalahkan gerobak yang rusak malah menyuruh kami solat dulu di rumahnya. karena kami kira OB itu memang benar-benar lembur jadi kami bilang saja kalau istrinya pulang malam dan kami akan ikut mengantar pulang nanti, Si Bapak semakin cerah.

Tamat
----

Dari cerita semrawutan tadi. aku teringat kata Yoo Jung (Yang nonton drama korea Cheese in the trap pasti tahu) "kalau barang orang lain kelihatan remeh sedangkan barang milik sendiri terlihat sebaliknya", yoo jung ngomongnya ke orang yang memang gak ada tanggung jawab sih. Coba liat si pemulung di gak rela barang orang lain yang dia pinjam rusak padahal dia juga luka tapi membesarkan masalah gerobak milik orang lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar