Assalamualaikum
hai...
Lama tidak mengisimu, apa rasanya lama kosong? tak ada yang melihat, memperhatikan, bahkan hampir dilupakan?
Semoga kau tak marah padaku yang melantarkanmu sendiri di dunia maya
Dari dulu ingin banget menulis dengan tema ini cuma rasa gak pas aja, cuma seketika melihat orang yang berpendapat tentang kapan nikah di vlognya aku juga pingin menulis opiniku yang pasti bertentangan dengannya
Jawaban kapan nikah? itu apa sih?
Biasanya kalau ada teman yang mau nikah, aku tanyanya bukan kapan nikah tapi kapan acaranya? kapan akadnya/resepsinya?
Dan kapan nikah seperti buka menuju ke tanggal nikah tetapi bertanya tentang masa depan percintaan kamu
yaa jawaban kapan nikah yang sering aku dengar "lagi nyari uangnya", "belum siap", "belum ada calon", "doain aja" kan yang ditanya waktu kenapa jadi beralasan.
Bisa juga jawabannya "apa urusan anda menanyakan hal itu?" (lagi viral di bulan september tahun 2018)
Pertanyaan itu semua juga tau cuma basa basi yang ditanya pas baru ketemu, saking gak tau apa - apa tentang orang yang di depan, yang dia taunya dia masih single karena belum ada ngundang nikah jadi ditanya itu aja.
yang mau dibahas disini buka pertanyaan itu sih, tetapi kutipan yang mengatakan "halalin atau putusin"
Kutipan ini lebih tertuju ke orang yang sedang menjalankan hubungan pacaran, Diberi pilihan nikah atau jadi single,
Ada yang berpikiran bahwa itu lebih menuju ke kampanye untuk nikah muda agar tidak banyak anak muda yang berpacaran lagi (setuju sih aku) tetapi dia protes kenapa harus nikah muda?
Jadi dia berpikiran kutipan ini menyesatkan anak-anak muda untuk cepat-cepat nikah padahal belum tentu mereka sudah siap.
Ada benarnya kalau dia mengatakan nikah itu yang penting siap gak perlu harus muda, karena menikah gak mudah.
Pendapat aku kutipan itu tertuju kepada dua jenis manusia:
Sudah siap nikah dan sedang berpacaran
Belum siap nikah dan sedang pacaran
yang pertama dimisalkan seorang yang sudah siap dilihat dari umur, pekerjaan, sikap dewasa. Maka ini lebih dianjurkan untuk "halalin".
yang kedua dimisalkan seorang yang masih sekolah, semua kebutuhan masih minta sama orang tua, belum bisa cari kerja / pekerjaan rumah, masih labil. Maka ini yang harus "putusin" bukah "nikahi daripada berbuat yang tidak baik"
Ada berita anak - anak yang masih smp, yang baru aja puber / masa baligh berpacaran dan dinikahi. Menurut aku ada cara lain untuk membuat mereka tidak melakukan hal yang haram (pacaran) selain nikah, bisa saja diajarkan agama hubungan muhrim dan non muhrim, beri kegiatan yang jauh dari lawan jenis atau anaknya disekolahkan di pesantren. Ini sih yang dimaksud menyesatkan untuk tidak berpacaran tetapi lebih baik menikah.
Anak - anak smp yang baru suka - sukaan mah wajar, itu harusnya diajarkan bagaimana menyikapi perasaan itu biar gak dosa, gak salah pergaulan karena nanti pas itu anak semakin bertambah umur makin banyak lawan jenis yang bisa di sukain gak cuma di smp itu aja.
So, intinya pas ditanya kapan nikah? oleh orang lain kamu gak perlu pusing untuk jawab tanggal kamu tinggal jawab alasan kenapa kamu belum menikah
dan bila kamu merasa diri kamu yang pertama, coba kamu tanya ke pasangan kamu kapan nikah? dan jangan mau dijawab dengan alasan HARUS waktu kecuali kalau kamu menganggap hubungan kamu dengannya hanya basa basi.
And me? jangan tanya kapan dulu, tanya "siapa" aja aku belum bisa jawab (bukan bermaksud untuk promosi) 😄😄
Jumat, 28 September 2018
Sabtu, 17 Februari 2018
Cerita Si Miskin
Cerita ke sekian
Sedang duduk manis depan rumah ditemani secangkir kopi pahit asem yang sengaja gak kutambah gula biar aku bisa pecinta kopi sejati, tetapi sayang baru sesendok saja ku minum sudah tak sanggup lagi minumnya. Mata ini sedang sibuk melihat anak lelaki membawa karung isi botol plastik, sangat kumal dia, dibilang cakep pun jauh jadi gak mungkin karena naksir aku mandangnya.
Rasanya pernah lihat anak itu. Lama aku berpikir setelah dia lewat jauh dari rumah baru aku sadar dia pemulung yang dulu pernah makan sampah didepan rumah koruptor, dia adalah pemulung favoritku tahun 2012. Aku keluar rumah untuk menyapa dia kali aja dia mau nyicip kopiku.
" Dek dek oh dek" tidak disautnya, dia masih aja terus jalan
"pemulung" terpakasa aku teriak gitu, kan identitas nya itu. Maaf kalau aku kasar, tapi bagiku itu tidak kasar itu sama dengan saat aku panggil mamang bakso lewat, maka tak bisa kau panggil namanya kan dia gak jual nama tapi jual bakso.
Dia putar balik, dan langsung jalan kearahku
" ngapo yuk? Ado barang bekas?"
"ndak, masuk lah dulu"
Dia masuk, kusuruh duduk di bangku yang aku duduki tadi, aku duduk di pagar rumah ku yang memang pendek jadi bisa diduduki.
"Minum dulu dek" Dia minum dengan santai, mungkin dikira itu kola, tetapi habis tinggal ampas kopi saja
"Udah yuk, apo lagi?"
"Lah suko ko dengan kopi?"
"aku apo be dikasih aku habisi yuk hehe"
"dak pahit apo?"
"pahit tapi enak lah, ngapo dak ayuk habisi malah kasih ke aku?"
"dak, aku dak minumnyo"
"ah aku tengok tadi ayuk minum kopi ni"
"oh sedikit nian tadi cuma sesendok, masih baru itu"
"dak papo jugo kalo bekas yuk eh aku semuanyo bekasan lah"
Aku terdiam, bersalah karena nyuruh minum kopi bekasku
"oh gitu, mau lagi dak"
"ndak lah yuk, pahit"
"kubuatkan sirup"
"ndak, langsung be ku ambek barang bekasnyo"
"oh dak ado, aku cuma nak ngajak ngobrol be"
"oh kopi ni be yang bekasnyo"
Eh dasar nih bocah, sakit banget gue digituin sama dia,
"kemano be, kok jarang lagi nengok, biaso disekitar sini"
"dulu ado pembersihan yuk, aku ditangkap, terus lepas, aku pindah ambek sampah disano tu dekat terminal, jauh dari sini"
"terus ngapo balek kesini lagi"
"kemarin aku tiduk di atas mobil orang terus kebawa sampe ke pasar sano tu nah, untung dak dipukuli aku, orang tu tengok aku langsung teriak maleng, ado barangnyo hilang pun ndak aku cuma numpang tiduk be, lari lah aku terberet-beret sampai kesini, kalo ketangkap lah mati aku dipukul sumpah lah yuk"
"ohh kan ko dak maleng, ngapo takut"
"iyo dak maleng tapi kan aku takut mati yuk"
"oh iyo jugo yo"
"pernah kawan aku sampe mati dipukul rame-rame, ngeri lebih hebat dari polisi kalo orang dengar maleng tuh, nak harus mati nian baru puas padahal maleng masih banyak jugo lah yang berkeliaran"
"kalo bukan malengnyo kasihan lah tapi kalo dio betul maleng yo rasoin lah dipukulin biar kapok"
" dio kan cuma mau maleng yuk bukan mau buat orang-orang tuh jadi pembunuh"
*Tamat
Sedang duduk manis depan rumah ditemani secangkir kopi pahit asem yang sengaja gak kutambah gula biar aku bisa pecinta kopi sejati, tetapi sayang baru sesendok saja ku minum sudah tak sanggup lagi minumnya. Mata ini sedang sibuk melihat anak lelaki membawa karung isi botol plastik, sangat kumal dia, dibilang cakep pun jauh jadi gak mungkin karena naksir aku mandangnya.
Rasanya pernah lihat anak itu. Lama aku berpikir setelah dia lewat jauh dari rumah baru aku sadar dia pemulung yang dulu pernah makan sampah didepan rumah koruptor, dia adalah pemulung favoritku tahun 2012. Aku keluar rumah untuk menyapa dia kali aja dia mau nyicip kopiku.
" Dek dek oh dek" tidak disautnya, dia masih aja terus jalan
"pemulung" terpakasa aku teriak gitu, kan identitas nya itu. Maaf kalau aku kasar, tapi bagiku itu tidak kasar itu sama dengan saat aku panggil mamang bakso lewat, maka tak bisa kau panggil namanya kan dia gak jual nama tapi jual bakso.
Dia putar balik, dan langsung jalan kearahku
" ngapo yuk? Ado barang bekas?"
"ndak, masuk lah dulu"
Dia masuk, kusuruh duduk di bangku yang aku duduki tadi, aku duduk di pagar rumah ku yang memang pendek jadi bisa diduduki.
"Minum dulu dek" Dia minum dengan santai, mungkin dikira itu kola, tetapi habis tinggal ampas kopi saja
"Udah yuk, apo lagi?"
"Lah suko ko dengan kopi?"
"aku apo be dikasih aku habisi yuk hehe"
"dak pahit apo?"
"pahit tapi enak lah, ngapo dak ayuk habisi malah kasih ke aku?"
"dak, aku dak minumnyo"
"ah aku tengok tadi ayuk minum kopi ni"
"oh sedikit nian tadi cuma sesendok, masih baru itu"
"dak papo jugo kalo bekas yuk eh aku semuanyo bekasan lah"
Aku terdiam, bersalah karena nyuruh minum kopi bekasku
"oh gitu, mau lagi dak"
"ndak lah yuk, pahit"
"kubuatkan sirup"
"ndak, langsung be ku ambek barang bekasnyo"
"oh dak ado, aku cuma nak ngajak ngobrol be"
"oh kopi ni be yang bekasnyo"
Eh dasar nih bocah, sakit banget gue digituin sama dia,
"kemano be, kok jarang lagi nengok, biaso disekitar sini"
"dulu ado pembersihan yuk, aku ditangkap, terus lepas, aku pindah ambek sampah disano tu dekat terminal, jauh dari sini"
"terus ngapo balek kesini lagi"
"kemarin aku tiduk di atas mobil orang terus kebawa sampe ke pasar sano tu nah, untung dak dipukuli aku, orang tu tengok aku langsung teriak maleng, ado barangnyo hilang pun ndak aku cuma numpang tiduk be, lari lah aku terberet-beret sampai kesini, kalo ketangkap lah mati aku dipukul sumpah lah yuk"
"ohh kan ko dak maleng, ngapo takut"
"iyo dak maleng tapi kan aku takut mati yuk"
"oh iyo jugo yo"
"pernah kawan aku sampe mati dipukul rame-rame, ngeri lebih hebat dari polisi kalo orang dengar maleng tuh, nak harus mati nian baru puas padahal maleng masih banyak jugo lah yang berkeliaran"
"kalo bukan malengnyo kasihan lah tapi kalo dio betul maleng yo rasoin lah dipukulin biar kapok"
" dio kan cuma mau maleng yuk bukan mau buat orang-orang tuh jadi pembunuh"
*Tamat
otak dan hati
"Hai, " aku diam menunggu otak mengantarkan kata-kata yang akan aku ucapkan padanya pagi ini
"Hai" Dia menjawab cepat sebelum mulutku kembali terbuka
Kami diam lama, beradu siapa yang duluan bertanya atau memberi tau tanpa ditanya dulu
"aku mau pergi ke kampus" aku jadi benci dengan otakku kenapa malah kalimat tidak penting itu yang keluar
"mau ku antar?" dia yang bertanya pagi ini. aku bersyukur atas pertanyaannya
"oh gak usah, aku pake motor sendiri".
Lalu kembali diam, untuk mengikuti alur dialog ini seharusnya giliran dia yang bicara, tapi dia cuma diam, aku sibuk memerintahkan otak ini agar cepat mengeluarkan kata-kata lagi, "Ayo kerja hai otak, ini masih pagi kau masih fresh untuk berkerja" benakku.
"sampai jam berapa ngampus?" dia berbicara, sekarang tak diam lagi, ini giliran dialogku, otakku takkan lama untuk menjawabnya.
"siang sekitar jam 2 sudah pulang, kenapa?", langsung ku serang dengan pertanyaan, ini pertanyaan pertama ku pagi ini.
"hmm gak ada, kirain sampe malem lagi" kutunggu kalimat selanjutnya, tapi tidak ada,
"hari ini gak ada praktikum".
"hmm" bagiku sudah lama menunggu kalimatnya lagi tapi tak ada juga lagi suaranya. selesai sudah pembicaraan pagi ini
"ya udah aku ke kampus ya" dia mengangguk sambil tersenyum
Aku memunggunginya dengan perasaan bersalah, bersalah kepada diri ini yang kembali resah karena tiap pagi tak bisa menjadi obatnya. Kau ingin tau kalimat apa yang ingin dikeluarkan oleh otak ini tapi nyangkut di hati karena perasaan.
" Hai, selamat pagi"
" Mau pergi jam berapa? Boleh bareng?
" Kamu ngapai aja hari ini?"
" Kamu sarapan apa?"
" Tadi malam tidur jam berapa?"
" apa yang kamu lakukan sebelum tidur?"
Masih banyak lagi yang ingin kutanyakan tapi hati ini yang melarang aku untuk memulai bertanya karena gengsi/harga diri/wanita. ketiga itu membuat aku hanya bisa memulai dengan hai saja.
"Hai" Dia menjawab cepat sebelum mulutku kembali terbuka
Kami diam lama, beradu siapa yang duluan bertanya atau memberi tau tanpa ditanya dulu
"aku mau pergi ke kampus" aku jadi benci dengan otakku kenapa malah kalimat tidak penting itu yang keluar
"mau ku antar?" dia yang bertanya pagi ini. aku bersyukur atas pertanyaannya
"oh gak usah, aku pake motor sendiri".
Lalu kembali diam, untuk mengikuti alur dialog ini seharusnya giliran dia yang bicara, tapi dia cuma diam, aku sibuk memerintahkan otak ini agar cepat mengeluarkan kata-kata lagi, "Ayo kerja hai otak, ini masih pagi kau masih fresh untuk berkerja" benakku.
"sampai jam berapa ngampus?" dia berbicara, sekarang tak diam lagi, ini giliran dialogku, otakku takkan lama untuk menjawabnya.
"siang sekitar jam 2 sudah pulang, kenapa?", langsung ku serang dengan pertanyaan, ini pertanyaan pertama ku pagi ini.
"hmm gak ada, kirain sampe malem lagi" kutunggu kalimat selanjutnya, tapi tidak ada,
"hari ini gak ada praktikum".
"hmm" bagiku sudah lama menunggu kalimatnya lagi tapi tak ada juga lagi suaranya. selesai sudah pembicaraan pagi ini
"ya udah aku ke kampus ya" dia mengangguk sambil tersenyum
Aku memunggunginya dengan perasaan bersalah, bersalah kepada diri ini yang kembali resah karena tiap pagi tak bisa menjadi obatnya. Kau ingin tau kalimat apa yang ingin dikeluarkan oleh otak ini tapi nyangkut di hati karena perasaan.
" Hai, selamat pagi"
" Mau pergi jam berapa? Boleh bareng?
" Kamu ngapai aja hari ini?"
" Kamu sarapan apa?"
" Tadi malam tidur jam berapa?"
" apa yang kamu lakukan sebelum tidur?"
Masih banyak lagi yang ingin kutanyakan tapi hati ini yang melarang aku untuk memulai bertanya karena gengsi/harga diri/wanita. ketiga itu membuat aku hanya bisa memulai dengan hai saja.
Senin, 08 Januari 2018
Tentang Kerja
Assalamualaikum
warahmatullah wabarakatuh..
Mari
mengawali segalanya dengan doa
Doa
untuk keselamatan kita semua terutama keselamat dari api neraka
Ehem...
ceramah ni awal nya J
Aku
Cuma mau kasih opini bercampur curhat tentang kerja
Apa
itu kerja ? kerja adalah hal yg ditanyakan saat lebaran setelah kamu lulus,
kerja dimana, kerja apa, bagian apa, bla bla lainnya
Awalnya
sebelum kuliah aku mikir aku mesti S1 biar gampang cari kerja karena aku
menjurus ke satu bidang dikuasain dan kalau tidak kerja aku bisa buka usaha
Dan
ternyata di akhirnya setelah lulus kuliah lebih tepatnya setelah pengangguran J
Aku
berubah pikiran, kenapa kerja karena S1? Bukankah kerja karena cari nafkah?
Cari uang buat makan, kasih ke ortu, biaya nikah, biaya masa depan, biaya buat
anak, dll.
Kalau
kerja karena S1 nya kenapa perlu dicari kerjanya, seharusnya langsung dapat
setelah S1 di semua perkuliahan.
Kecil
sekali rasanya S1, S2, S3 Cuma untuk kerja,
hey
pendidikan itu untuk nambah wawasan. Wawasan pada bidang kuliah, organisasi,
pergaulan, politik, sosial, dll. Pola pikirmu pun ikutan jadi berubah karena
menambah jenjang pendidikan bukan mulu-mulu soal jurusan kuliah kamu aja.
Dan
kamu yang bilang ilmu kuliah kalau gak dipake buat kerja jadi sia sia????????
Plisss hidup bukan untuk kerja, tapi kerja untuk hidup
Berkontribusi
dari ilmu kuliah kamu gak harus di pekerjaan, kamu bisa berkontribusi dimana
saja, kapan saja, dengan apa saja yang kamu punya, dan dengan siapa saja.
Terpenting
adalah manfaat yang kita berikan setelah S1, S2 dan S3 mau untuk diri sendiri,
keluarga, tetangga, warung dekat rumah, tanaman2 di rumah, dan dapur sendiri.
Ada
yang bilang kalau kerja tapi gak dijurusan kuliahnya sama dengan pengangguran,
itu dosen aku dulu yang ngomong, dulu sih aku ngangguk ngagguk aja
Sekarang
istigfar aku dahhh L
Orang
yang berpikiran begitu mungkin ya dia gampang bgt dpt kerjaan dan dikiranya
semua org sama, mau kerja apa aja langsung dpt.
Padahal
aduhai cari kerja itu aduh sudah lah ini bukan sesi curhat
Lagian
kerja mau dibidang kita maupun kagak tetap kenyamanan kerja yang utama,
Misal
kamu kerja pas dibidang kamu tapi kamu tidak dapat yang kamu inginkan
yaitu gajinya kecil, terus ada
perkerjaan lain yang mau nerima kamu tetapi bukan bidang kamu yang salary,
fasilitas dan jenjang karir lebih baik
Kamu
mau yang mana??? Kalau aku sih milih pindah karena realita nya aku butuh itu.
Kemudian
tentang kerja nya lagi.
Menurut
kamu mana yang lebih penting dari kerja?
Gaji
atau Lingkungan kerja
Gaji
termasuk fasilitas, jenjang karir kalau lingkungan kerja termasuk rekan kerja,
lokasi kerja
Awalnya
aku utamakan gaji karena tujuan kerja kan cari duit hehehe
Setelah
kerja, aku lebih memilih lingkungan kerja tetapi ini taunya setelah merasakan
kerja nya sih
Karena
kalau lingkungan kerja gak nyaman mau gaji seberapa pun tetap gak mengubah
kenyamanan itu
Kamu
kerja dengan orang – orang yang tidak kamu senangi dalam segi akhlaknya, boleh
kamu menghindar darinya tapi ini bukan sekolah bisa gak teguran J
Kerja
gak mungkin tidak saling membutuhkan, dan lebih takutnya kamu juga ikutan buruk
akhlaknya.
Ini
pemikiran dari aku yang bergenre cewek dan belum menikah ya.. mungkin akan beda
dengan cowok apalagi sudah berkeluarga
Pernah
kasihan liat kepala RT kerja dia kesal sana sini soal pekerjaannya tetapi
memikirkan keluarganya jadi ya apa boleh buat.
Lebih
baik buat lapangan perkerjaan daripada kerja dgn orang, yesss setuju
Tetapi
jadi pengusaha butuh modal, cari modal yaa dengan kerja hehe J
Langganan:
Postingan (Atom)