Senin, 26 Januari 2015

Ketika Hati Lebih Centil dari Pemiliknya


Assalamualaikum para blogger
mau cerita tentang problema jaman sekarang dengan kemajuan teknologi, teknologi ternyata bisa jadi tempat bercentilnya kota lhoooo.. cekidot

Aku yang baru bangun dari tidur siang melotot melihat layar hp yang tidak ada pesan, bbm, wa, line dan notif dari semua social media yang aku punya, heran punya banyak social media tapi sedikit yang nge-hubungi. Aku pun langsung ke kamar mandi berwudhu sholat ashar sebelum kebablasan tidur lagi. Sehabis sholat aku merasa lapar tapi ntarlah aku mau main dengan hp sebentar. 30 menit kemudian barulah aku meletakkan hp kembali ketempatnya. Saat makan aku baru menyadari ada yang salah main hp tadi, aku tadi nge-tweet kalau aku mau nonton dan sekarang aku makan. Ahhh problema anak jaman sekarang adalah apa-apa dishare ntah ada yang peduli atau tidak tapi menurutnya pasti ada yang mau peduli. Dari salah nge-share kegiatan aku nge-cek lagi hp ternyata tidak ada notif di twitter aku. Ah memang tidak yang peduli dan tidak penting juga. Aku bersiap-siap jogging ke sekitar komplek perumahan sebelah karena rumahku bukan perumahan dan susah buat dikelilingi jadi numpang jogging di perumahan lain.

Saat asyik-asyiknya jogging aku berpas-pasan dengan pemuda kalau aku panggil dia “bang” yang lumayan cakep ditambah pakai celana pendek yang sampai menutupi lutut + sepatu yang keren. Aku hanya bilang dia keren kok gak lebih. Tetapi sayang bukan pemuda itu saja yang bilang ku keren om-om yang baru pulang dari kantor dengan pakaian kemeja, berdasi, celana dasar lurus rapi tak bergaris sedikit pun dan sepatu hitam kilat. Aku hanya bilang om ini gentlemen banget  gak lebih dari itu. Setelah  itu aku melewati pos satpam perumahan ini kebetulan dia tahu aku tinggal disekitar perumahan ini jadi diboleh keluar masuk seenaknya dan pak satpam ini punya wajah yang menarik enak dilihat. Aku hanya bilang dia cakep kok gak lebih.

Dari ketiga pria yang kulihat tadi semuanya aku suka, aku tau mereka lebih dari mereka duga dan kalian duga juga. Kalian tahu selama 30 menit aku main hp aku men-stalking 3 pria ini di social media. Kalau pemudan jogging itu aku tau dia akan jogging karena dia janjian bareng temannya lewat twitter, si om-om ganteng aku tahu dia pulang sore dari tempat kerjanya karena dia mem-posting foto rapatnya dan caption nya “pulang cepat” aku tahu cepat itu jam berapa pulangnya. Kemudian pak satpam tanpa men-stalk pun aku tahu dia ada disana tetapi ada yang lebih aku tahu dia sedang sedih karena motor kreditnya akan ditarik karena gak dibayar-bayar tagihannya, terlihat dari wajah murungnya tadi. Nah kau tahu sekarang kenapa aku jogging dengan salah fokus ketiga pria ini.

Terbalik dari cara aku stalking mereka bertiga, disaat ketemu atau berpas-pas mereka aku sebagaimana manusia tak pernah membuka atau menulis nama mereka di kolom yang ada gambar lup nya. Aku tidak tersenyum sumringah depan mereka, menunduk sedikit kepala, menegur apa lagi. Aku hanya bisa melihat mereka dari kejauhan dan saat berdekatan aku tidak mau melihatnya, aku hanya bisa liha punggungnya atau aku hanya bisa bilang “ permisi ya pak” tanpa perlu pakai senyum.

Beginilah aku  secentil ini aku berbuat di dalam diri. Aku sibuk mencari perhatian dengan hati-hati sampai aku pura-pura menjadi orang yang tidak centil. Aku sibuk mencari apa yang dilakukannya diluar padahal orang yang kucari kenal aku saja tidak. aku dengan segenap rasa malu menghabiskan waktuku hanya untuk tidak malu-malu mencari tahu tentangmu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar