Assalamualaikum
memang lagi liat-liat catatan fb terdahulu dan nemuin cerita jadi lebih bak di post juga di blog.
ini 25 november 2010 kelas 3 sma semester 1
Detik sedang menunjukkan ke angka 4, menit sedang menunjukkan ke angka 9 dan jam menunjukkan ke angka 2. Mata ini hanya melotot tak dapat terpejamkan melihat jam tapi yang di bayangkan lain, bibir ini tak henti senyum dalam kesenyapan. Tak habis aku tersipu malu untuk sebuah perasaan kecil tapi menyebar keseluruhnya mengalahkan segala perasaan marah,jengkel dan sedih. Aku tak bisa mnyebutnya karena takut malu ini jadi malu yang lain.
Jarum jam di angka 3 aku harus bangun saat subuh sekitar 2 jam lagi. Aku paksa kan mata ini terpejam sambil berdoa meminta perlindung dari maha pelindung dan meminta mimpi yang indah bersamanya kepada maha pemberi.
Tokkk tokkk . . . terkejut mendengar suara yang mengejutkan itu. Aku loncat dari tempat tidur tidak lupa bersyukur atas pemberiannya untuk istirahat bersama mimpi yang sangat indah ini.
“Ruk, udah telat, cepat subuh entar lagi mau habis”
Aku melihat jam, setengah enam aku benar-benar bodoh kenapa aku lupa kalau aku tidur sendirian dan tidak menghidupi alarm. Lari ke masjid sebelah hotel dengan muka yang basah karena air wudhu. Berusaha untuk tidak tertinggal dalam perlombaan menuju surga.
Matahari tah mengapa terasa sangat cepat muncul. Bersinar menerangi pagi di desa “Daajik”. Aku di warung bersama Gino,Tuyi,Milin dan Hikki menyantap sarapan sambil bercerita yang sudah sudah. Cerah nya matahari ini sedang bersaing dengan cerahnya hati ku ini. Aku merasa kan positif tak ada hal negatif yang bisa membuatku menempel pada hal buruk
“zzzz zzzz zz” getar di kantong kanan celanaku membuat ku panik. Panik ini lain dada sesak rasanya. Takut sekali. Kuangkat tapi sengaja diam biar dia yang memulai .
“haaallo” yess dia yang memulai tapi sayang sangat tidak enak mendengar suaranya seperti ini
“Ya.Bil”
“Ruki tolong aku dan Rifon, kami kecelakaan di jalan. Jalanannya sepi tidak ada orang, aku tidak tahu dimana tadi kami mau ke desa sebelah desa “ginjing” sudah 30 menit kami di jalan. Tiiittttttiiiitt” terputus. MasyaAllah dia kecelakaan, aku menceritakan semuanya ke teman yang ada aku pergi ketempat kecelakaan bersama Gino yang lain menelepon ambulan,meminta bantuan dan berdoa.
Di perjalanan aku setengah mati aku panic otak ini hanya terpaku pada dia yang sedang kesakitan apalagi ada Rifon juga, hatiku panic tak tenang, mulut terus meminta bantuan kepada Maha Pengasih dan meminta lindungan untuk kedua temanku kepada Maha penyayang.
Sampai. Aku tak tahan melihat gambaran didepan ku bila bisa kulukiskan akan ku gambar sebuah sepeda motor yang hancur terletak di tengah jalan disamping terdapat seorang manusia yang terselimuti darah dikepalanya ada helm yang sudah pecah matanya terpejam wajahnya seperti menahan sakit yang terlampau batas, di depan motor ada manuasi yang telengkup dengan kepala menyamping mulut mengeluarkan darah kepala bocor mengeluarkan darah itulah dia yang tubuhnya seperti terlempar dari motor. lukisan itu nyata tak ada sedikit pun goresan tangan tapi ini nyata dia benar-benar kecelakaan jauh dari bayanganku. Aku memegang tangannya sangat dingin, berbisik “aku yakin kau kuat maka gerakkan tanganmu ini” tak bergerak. “aku tau kau punya mimpi yang istimewa gerakan saja tangan ini lalu mimpi itu akan ada” tidak ada reaksi. Kosng,diam,sunyi
“Nyiung Nyiung” ambulan terdengar dari kejauhan. Untung tidak begitu lambat. Tidak ku sadari ternyata Dilo ada di sana di berlari dengan seorang bapak tua. Dia juga terkejut melihat kami sudah disana. Habill dan Rifon segera dibawa kerumah sakit. Aku di dalam ambulan dan Dilo dan Gino naik sepeda motor. di dalam ambulan aku panic menyebut nama-Nya memohon sebuah keajaiban tapi sayang sebelum doa itu selesai pegawai RS itu mengatakan “yang ini sudah ga ada lagi, dia meninggal ditempat” aku tak mau mendengarnya tapi di paksa untuk mendengar, jantung ku berdetak pada nada yang salah. Bumi rasanya jauh dari logika mana mungkin orang yang tadi malam buat ku tersipu malu,hadir dalam mimpiku,membuat hatiku secerah matahari sekarang tidak ada lagi.
Menangis dan memohon untuk kembali untuk yang kulakukan sampai di rumah sakit. Habil memang tidak bisa ditolong lagi. Hanya bisa memanggil orang tuanya. Rifon dirawat dia mengalami patah tulang dan koma. Acara yang seharusnya indah untuk kami yang sedang study tour di desa yang tentram ini malah menjadi musibah terbesar bagi kami.
Habill sudah dibawa ke rumahnya bersama keluarga nya dan akan di kuburkan besok tetapi aku ingin sekali datang ke pemakaman nya terkhir kali melhat wajahnya yang damai dan membuatku terus tersenyum . itu hanya keinginan aku dilarang ikut kami harus pulang bersama-sama. Aku ingin berontak tapi terlupakan karena ada hal aneh yang masih janggal. Habill menelepon ku dia berbbicara di handphone nya dengan lancer. Tapi kenapa keadaanya separah itu.
Sorenya saat kami duduk termenung di depan hotel Dilo datang membawa handycam yang selalu di pegang nya. Dia ikut duduk lalu Gino mengambil handycam itu dia membuka seperti orang menemukan maling. “kau merekam ini? Untuk apa?” teriak Gino marah
“aku tidak sengaja merekamnya”
“kau sempat saja merekamnya tetapi kenapa kau TIDAK SEMPAT MENOLONGNYA?”
“aku tidak merekamnya aku ingin memanggil warga sekitar dan kutaruh saja handycam itu diatas tas ku, aku tidak tahu. Aku berusaha memanggil warga untuk menolong nya?”
“kenapa kau ada disana?”
“kau lupa, aku juga di suruh ngujungi kantor lurah minta izin”
Diam. “kenapa kau tidak menghubungi kami langsung saat kau melihat Habil dan Rifon kecelakaan?”
Benar juga waktu aku disana aku mau menelepon ambulan sekali lagi tetapi sinyal kosong dan daerah itu memang terpencil. Aku melihat handycam itu dan lebih mengejutkan adalah durasinya sekitar 30 menit dan habill dalam keadaan telengkup tidak ada tanda dia habis menelepon. Kami saja berjalan kesana tidak sampai 30 menit.
“lalu kenapa bisa Habill menelepon Ruki tadi pagi” Gino menyambung
“aku tidak tahu”
Aku terduduk menangis sejadi-jadi nya memohon segala ampunan dosa Habill karena dia lah seorang sahabat terbaik. Dia lah sahabat yang menolong sahabatnya yang sedang sekarat. Hidup atau mati dia tetap sahabat yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar