Jumat, 05 Oktober 2012

Raja dan Ratu Seharian (Ep. 7)



“Difa gimana?”
“Oh saat aku pulang ternyata dia sudah lulus dan tinggal menunggu wisuda 3 bulan lagi. Aku yang ingin bereng terus dengan dia jelas menargetkan skripsi selesai sebelum pendaftaran wisuda ditutup dan aku berhasil wisuda bareng dia. Ternyata selama 3 bulan menunggu aku eh wisuda maksudnya dia mencari beasiswa S2 dan dia dapat diluar negeri. Aku senang sekali saat dia beritahu kabar itu, ingin memuluknya dikerumunan orang – orang yang sedang bahagia juga. Aku berfoto berdua dengan dia saat memakai toga sungguh foto dengan dia hanya dia pertama kali dan saat yang begitu indah. Ternyata dia harus berangkat besok lusa dan kembali tidak jelas yang pasti katanya saat lebaran. Aku yang tadi diatas tiba – tiba jatuh kebanting pula. Aku jadi ingin ke luar negri juga ke prancis menjaga dia maksudku kuliah bareng dia. Tetapi aku terlambat untuk mendaftar. Aku pun bingung dengan masa depan setelah lulus Difa kembali kuliah dan aku jadi pengangguran oh rasanya aku gagal jadi calon suami Difa. Setahun pertama di tinggal Difa aku tinggal di kampung dan kakek juga tinggal disana. Aku benar – benar kehabisan ide bagaimana bisa ke prancis menyusul Difa, aku mencari pendaftaran sekolah disana tapi untuk jurusanku tidak ada. Orang tua menyuruhku kerja saja mereka heran dulu disuruh sekolah minta kerja sekarang disuruh kerja minta sekolah.”
“Hahaha lalu kau kerja dimana perusahaan kakek? Kenapa tidak minta tolong kakek kan dia bisa bantu”
“Perusahaan kakek ada di luar negri di Singapura dan diurus sama paman. Aku tidak mau ke Singapura aku Cuma mau prancis. Sekolah disana bersama Difa. Aku mendapat ilham walau Difa disana kuliah S2 dan aku tidak, aku bisa saja lebih hebat darinya bukan kerja di kantoran atau jadi PNS yang katanya hidupnya di jamin. Tetapi aku jadi pengusaha menurut aku ya orang kerja sehebat apapun tetap kalah hebat dengan orang yang menciptakan lapangan pekerjaan. Aku yakin bisa membuat Difa tercengang saat dia pulang melihat aku yang sudah punya banyak anak buah dan semoga dia mau jadi istriku. Itu keinginanku saat itu. 
Aku berbicara kepada kakek dan dia sangat setuju dia mau menanamkan modal kepadaku. aku buat perusahaan kecil – kecilan yang belum ada namanya saat itu. Perusahaan itu akan menampung segala hasil panen para petani di kampungku termasuk punyaku juga. Di perusahaan itu akan ada pengolahah dari hasil pertanian tersebut, lalu dijual ke supermarket yang ada di kota. Dengan modal yang tidak tanggung – tanggung dari kakek aku bisa membuat pabrik atau perusahaan itu menjadi besar yang ku bangun di tanah luas milik kakek juga. Tanah itu gratis sebagai hadiah aku lulus S1 dengan predikat terbaik.kalau perusahaan yang dibangun itu akan aku ganti aku pinginnya itu perusahaan benar – benar aku yang miliki dan aku pula yang ngurus. Setahun perusahaan itu selesai dengan ilmu yang aku punya kau tahu bagaimana mengolah hasil panen itu sebelum dijual. Jadi diperusahaan itu aku jadikan semacam pabrik pengolahan berbagi macam hasil pertanian seperti padi jadi sekarung beras yang bersih dan siap jual ke supermarket, buah – buahan yang bersih dan bertahan lama, dan sayuran segar  bahka daging pun aku ikutkan. Awal sebelum perusahaan dibangun aku cuma sibuk membuat perencanaan aku cari petani – petani itu dan bahkan modal yang kakek beri aku kasih ke petani untuk menanam segala macam tanaman hortikultura tanpa memikirkan harga pupuk yang mahal dan modal yang sedikit. Perusahaan itu semakin besar banyak produk makanan yang ada di supermarket dari perusahaanku tetapi tidak ada labelnya karena aku belum ngasih nama. Kakek yang minta aku segera kasih nama dan perusahaan itu akan dipromosikan kemana – mana. Aku sampai semalaman memikirkan nama yang cocok, aku ingin kasih nama Difa Company  karena tekad aku untuk membuat perusahaan ini karena dia ingin lebih baik saat dia pulang nanti tetapi karena aku takut malah di ketawain maka aku beri nama RINDU. Aku rindu sekali  dengan Difa sungguh perusahaan itu untuk Difa karena Difa, terbesit dipikiranku andai Difa jadi istriku ini lah mahar yang aku berikan kalau saja dia tidak ada mana mungkin aku bisa jadi pengusaha seperti ini ”
“Dangdut sekali namanya. Pasti banyak yang tidak setuju”
“Iya, semuanya ketawa saat sarapan pagi. Aku kecewa sekali padahal itu kan menggambarkan perasaanku. Aku cari lagi kata Kakek yang bagus kalau bisa di asingkan bahasanya manatau ini perusahaan akan mendunia. Aku dapat FINDATION. Menemukan , ingin menemukan Difa perusahaan ini sebagai  pengeluaran perasaan aku yang terus mencari tahu kabar Difa gimana, dimana dia, sedang apa dia dan masih ingatkah dengan aku karena kabar Difa hilang. Bahkan sampai sebelum kita menikah perusahaan itu masih berharap menemukan  pemiliknya Difa”
Aku bingung kenapa sebelum menikah apakah maksudnya perusahaan itu jadi milikku karena aku sekarang lah istri nya. Findation sudah terkenal 5 tahun yang lalu perusahaan ini membuat berbagai makanan dari bayi sampai orang dewasa tak ku sangka alasan membuatnya hanya untuk  seorang cewek. Sebenarnya aku ingin tahu Difa itu siapa yang sebenarnya, Arsil menyembunyikan sesuatu dan aku juga ada yang aneh dari Difa ini.
“Ya itu kisah aku. Dari kecil sampai sekarang. Dari yang Cuma pedagang sayur yang banyak ngoceh pada Ibu – ibu dan bermimpi jadi penjual sayur yang terkaya di Kampung. Dan sekarang terwujud bahkan bukan sekedar pedagang sayur tapi lebih”
“hebat sekali mimpi yang diketawai dulunya. Kabar Difa?”
“aku tidak tahu” dia menunduk saja dan tidak dilanjuti ceritanya. Sampai itu sajakah? Sampai Difa saja dan aku bagaimana dia tidak menceritakan saat melamar aku bersama keluarganya 3 bulan lalu dan seperti dikejar minta nikah secepatnya. Dia dan aku memang di jodohkan karena orang tua ku dan keluarga Arsil sangat dekat. Kakek Arsil sudah seperti Ayah bagi Orangtuaku. Kakekku dulu punya perusahaan di Kota dan Papa bekerja disana. Papa sering belajar dengan kakek Arsil saat kakek pulang ke kota dulu dan Ayah Arsil masih tinggal dikota jadi Ayah dan Papa sudah dekat hanya karena Ayah menemukan cintanya di Ipukandra dan Papa tetap di kota jadi mereka terpisah. Kakek juga pindah ke singapura menemani anak sulungnya  memimpin perusahaan miliknya. Aku yang selalu ada di kota jadi cucu kakek saat dia pulang. Tidak pernah sekali pun kakek bercerita soal Arsil yang selalu diceritakannya Ipukandra dan berharap cucu – cucunya bisa jadi Ipukadra. Saat aku sudah lulus baru lah kakek memperkenalkan aku kepada cucu Ipukadranya. Setelah mendengar cerita Arsil ini memang benar Arsil lah Ipukadra itu karena dia lah desanya jadi maju sekali. Petani – petani disana bukan lagi kuli yang dibayar tetapi pemilik tanah. Dan Arsil sudah millionaire muda dia punya sifat kerja keras yang tersirat.
“Eh Fit, aku sudah cerita dari awal sampai akhir, terus gimana kamu?”
“Gimana apanya?”
“Cerita hidup kamu Fit, aku sudah jujur sejujurnya, nah sekarang kamu cerita yang jujur”

#Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar