“Difa gimana?”
“Oh saat aku pulang ternyata dia sudah lulus dan tinggal
menunggu wisuda 3 bulan lagi. Aku yang ingin bereng terus dengan dia jelas
menargetkan skripsi selesai sebelum pendaftaran wisuda ditutup dan aku berhasil
wisuda bareng dia. Ternyata selama 3 bulan menunggu aku eh wisuda maksudnya dia
mencari beasiswa S2 dan dia dapat diluar negeri. Aku senang sekali saat dia
beritahu kabar itu, ingin memuluknya dikerumunan orang – orang yang sedang
bahagia juga. Aku berfoto berdua dengan dia saat memakai toga sungguh foto
dengan dia hanya dia pertama kali dan saat yang begitu indah. Ternyata dia
harus berangkat besok lusa dan kembali tidak jelas yang pasti katanya saat
lebaran. Aku yang tadi diatas tiba – tiba jatuh kebanting pula. Aku jadi ingin
ke luar negri juga ke prancis menjaga dia maksudku kuliah bareng dia. Tetapi
aku terlambat untuk mendaftar. Aku pun bingung dengan masa depan setelah lulus
Difa kembali kuliah dan aku jadi pengangguran oh rasanya aku gagal jadi calon
suami Difa. Setahun pertama di tinggal Difa aku tinggal di kampung dan kakek
juga tinggal disana. Aku benar – benar kehabisan ide bagaimana bisa ke prancis
menyusul Difa, aku mencari pendaftaran sekolah disana tapi untuk jurusanku
tidak ada. Orang tua menyuruhku kerja saja mereka heran dulu disuruh sekolah
minta kerja sekarang disuruh kerja minta sekolah.”
“Hahaha lalu kau kerja dimana perusahaan kakek? Kenapa tidak
minta tolong kakek kan dia bisa bantu”
“Perusahaan kakek ada di luar negri di Singapura dan diurus
sama paman. Aku tidak mau ke Singapura aku Cuma mau prancis. Sekolah disana
bersama Difa. Aku mendapat ilham walau Difa disana kuliah S2 dan aku tidak, aku
bisa saja lebih hebat darinya bukan kerja di kantoran atau jadi PNS yang
katanya hidupnya di jamin. Tetapi aku jadi pengusaha menurut aku ya orang kerja
sehebat apapun tetap kalah hebat dengan orang yang menciptakan lapangan
pekerjaan. Aku yakin bisa membuat Difa tercengang saat dia pulang melihat aku
yang sudah punya banyak anak buah dan semoga dia mau jadi istriku. Itu
keinginanku saat itu.
Aku berbicara kepada kakek dan dia sangat setuju dia mau
menanamkan modal kepadaku. aku buat perusahaan kecil – kecilan yang belum ada
namanya saat itu. Perusahaan itu akan menampung segala hasil panen para petani
di kampungku termasuk punyaku juga. Di perusahaan itu akan ada pengolahah dari
hasil pertanian tersebut, lalu dijual ke supermarket yang ada di kota. Dengan
modal yang tidak tanggung – tanggung dari kakek aku bisa membuat pabrik atau
perusahaan itu menjadi besar yang ku bangun di tanah luas milik kakek juga.
Tanah itu gratis sebagai hadiah aku lulus S1 dengan predikat terbaik.kalau
perusahaan yang dibangun itu akan aku ganti aku pinginnya itu perusahaan benar
– benar aku yang miliki dan aku pula yang ngurus. Setahun perusahaan itu
selesai dengan ilmu yang aku punya kau tahu bagaimana mengolah hasil panen itu
sebelum dijual. Jadi diperusahaan itu aku jadikan semacam pabrik pengolahan
berbagi macam hasil pertanian seperti padi jadi sekarung beras yang bersih dan
siap jual ke supermarket, buah – buahan yang bersih dan bertahan lama, dan
sayuran segar bahka daging pun aku
ikutkan. Awal sebelum perusahaan dibangun aku cuma sibuk membuat perencanaan
aku cari petani – petani itu dan bahkan modal yang kakek beri aku kasih ke
petani untuk menanam segala macam tanaman hortikultura tanpa memikirkan harga
pupuk yang mahal dan modal yang sedikit. Perusahaan itu semakin besar banyak
produk makanan yang ada di supermarket dari perusahaanku tetapi tidak ada
labelnya karena aku belum ngasih nama. Kakek yang minta aku segera kasih nama
dan perusahaan itu akan dipromosikan kemana – mana. Aku sampai semalaman
memikirkan nama yang cocok, aku ingin kasih nama Difa Company karena tekad aku untuk membuat perusahaan ini
karena dia ingin lebih baik saat dia pulang nanti tetapi karena aku takut malah
di ketawain maka aku beri nama RINDU. Aku rindu sekali dengan Difa sungguh perusahaan itu untuk Difa
karena Difa, terbesit dipikiranku andai Difa jadi istriku ini lah mahar yang
aku berikan kalau saja dia tidak ada mana mungkin aku bisa jadi pengusaha
seperti ini ”
“Dangdut sekali namanya. Pasti banyak yang tidak setuju”
“Iya, semuanya ketawa saat sarapan pagi. Aku kecewa sekali
padahal itu kan menggambarkan perasaanku. Aku cari lagi kata Kakek yang bagus
kalau bisa di asingkan bahasanya manatau ini perusahaan akan mendunia. Aku
dapat FINDATION. Menemukan , ingin menemukan Difa perusahaan ini sebagai pengeluaran perasaan aku yang terus mencari
tahu kabar Difa gimana, dimana dia, sedang apa dia dan masih ingatkah dengan
aku karena kabar Difa hilang. Bahkan sampai sebelum kita menikah perusahaan itu
masih berharap menemukan pemiliknya
Difa”
Aku bingung kenapa sebelum menikah apakah maksudnya
perusahaan itu jadi milikku karena aku sekarang lah istri nya. Findation sudah
terkenal 5 tahun yang lalu perusahaan ini membuat berbagai makanan dari bayi
sampai orang dewasa tak ku sangka alasan membuatnya hanya untuk seorang cewek. Sebenarnya aku ingin tahu Difa
itu siapa yang sebenarnya, Arsil menyembunyikan sesuatu dan aku juga ada yang
aneh dari Difa ini.
“Ya itu kisah aku. Dari kecil sampai sekarang. Dari yang
Cuma pedagang sayur yang banyak ngoceh pada Ibu – ibu dan bermimpi jadi penjual
sayur yang terkaya di Kampung. Dan sekarang terwujud bahkan bukan sekedar
pedagang sayur tapi lebih”
“hebat sekali mimpi yang diketawai dulunya. Kabar Difa?”
“aku tidak tahu” dia menunduk saja dan tidak dilanjuti
ceritanya. Sampai itu sajakah? Sampai Difa saja dan aku bagaimana dia tidak
menceritakan saat melamar aku bersama keluarganya 3 bulan lalu dan seperti
dikejar minta nikah secepatnya. Dia dan aku memang di jodohkan karena orang tua
ku dan keluarga Arsil sangat dekat. Kakek Arsil sudah seperti Ayah bagi
Orangtuaku. Kakekku dulu punya perusahaan di Kota dan Papa bekerja disana. Papa
sering belajar dengan kakek Arsil saat kakek pulang ke kota dulu dan Ayah Arsil
masih tinggal dikota jadi Ayah dan Papa sudah dekat hanya karena Ayah menemukan
cintanya di Ipukandra dan Papa tetap di kota jadi mereka terpisah. Kakek juga
pindah ke singapura menemani anak sulungnya
memimpin perusahaan miliknya. Aku yang selalu ada di kota jadi cucu
kakek saat dia pulang. Tidak pernah sekali pun kakek bercerita soal Arsil yang
selalu diceritakannya Ipukandra dan berharap cucu – cucunya bisa jadi Ipukadra.
Saat aku sudah lulus baru lah kakek memperkenalkan aku kepada cucu Ipukadranya.
Setelah mendengar cerita Arsil ini memang benar Arsil lah Ipukadra itu karena
dia lah desanya jadi maju sekali. Petani – petani disana bukan lagi kuli yang
dibayar tetapi pemilik tanah. Dan Arsil sudah millionaire muda dia punya sifat
kerja keras yang tersirat.
“Eh Fit, aku sudah cerita dari awal sampai akhir, terus
gimana kamu?”
“Gimana apanya?”
“Cerita hidup kamu Fit, aku sudah jujur sejujurnya, nah
sekarang kamu cerita yang jujur”
#Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar