Sabtu, 29 September 2012

perayaan 1 tahun #THPUNJA_2011


 Saat kami (THP11) masih semester 1 dan kira - kira kami baru 2 bulan bersama, kami pergi jalan - jalan ke candi walau tidak semua yang ikut karena ya maklum baru 2 bulan dan itupun mendadak  kami refreshing ke candi muaro jambi sebagai pembukanya. Dan saat di akhir semester 2 kami bertamasya kembali ke kampoeng radjo tempat rekreasi di daerah jambi dan kebetulan dekat dengan mendalo kampus kami. Hari sabtu sehari setelah ujian dan akan liburan panjang + semester pendek adalah waktu yang tepat untuk refreshing bersama - bersama. Tempat atau sarana itu tidak lah penting yang penting kebersamaannya. ini cerita kami saat bertamasya di kampoeng radjo
*ini saat kami sedang ngumpul. ini sudah ada beberapa yang ngumpul dan menunggu yang lain
*kalau ini sebenarnya udah jalan tapi baru juga 10 meter eh tiba - tiba hujan dan terpaksa berhenti di rumah toko susu  bayi. untung saja muat. Tau ga pas kami ke candi setahun yang  lalu itu juga hujan ditengah jalan dan saat sampai di tujuan sama sekali tidak hujan. sama dengan rekreasi ini.

*Horeeee kami sudah sampai!! saatnya bermain, well udah ada yang main duluan dan ini sisa - sisa yang belum naik karena takut atau mau difoto dulu kali ya baru main ???

 *Siap bermain outbond di kampoeng radjo bersama THP11
*ini Bapak dan Ibu negara, mereka berdua selama bermain - main memang berdua mulu..romantic moment gitu...
*yuda lagi resek ganggu - ganggu orang, gayanya aja sok berani goyang2i tali dengan belalang aja attuuttt

*aseeekkk jalan - jalan di tali. eh, dibawah ada kamera lho kayak ada liputan gitu. PERSIS juga kayak di candi kemarin kami yang kecandi malah masuk iklan karena kedatangan kami pas saat shooting iklan.. wah sama banget sialnya  terjebak hujan dan  sama beruntungnya di shoot saat ada liputan
*hehe aku dapat giliran uncit (terakhir) memang sengaja biar di foto2 sendiri eh ada orang di belakang jadi ikut eksis dah dia

*apakah pikiran kita sama?? yup benar "takut putus talinya" hehehe just kidding jong

*mas mas flying fox lagi bantu kami
*meluncurrrrrr,, wahh seru main flying fox setelah melewati rintangan yang menegangkan dan melelahkan seperti itu juga kuliah setelah melewati hal - hal yang sulit,, rintangan terakhir pun akan terasa sangat menyenangkan

*ehemmm ada yang asyik berduaan tuhhh..wanto dan rose sinta,,si wanto memang pejantah tangguh hehe
*hahaha foto ini keren yang paling depan keren, pegangan tangan uhukk uhukk
*foto rame - rame
*THP11 eksis
*tau ga 3 foto di atas tadi difoto sama om ini, waktu kami asyik2 berfoto dia lewat dan bilang " sini biar saya yang foto" karena mumpung ada yang tukang poto nya kami minta lagi lagi lagi om sekali lagi,,"terima kasih om, you are my everything" kata Afika
*pulanggg sudah sore dan capek sekali
*selamat tinggal kampoeng radjo,,semoga kami kembali
Itu lah rekreasi anak THP11 ke kampoeng radjo sebagai refreshing selama menjalankan perkuliahan. hari yang sangat seru. tidak penting tempatnya, tidak penting makan atau tidak, tidak penting cuacanya. yang paling penting itu KEBERSAMAANNYA (dan kameranya #uppsss).. HIDUP THP 2011.. GUNBATTE KUDUSAI!!!

Kamis, 27 September 2012

Ratu dan Raja Seharian (Ep. 5)



*postingan ini dibuat sebelum ada berita2 mengenai tawuran yang sedang rame sekarang

“Saat itu tidak ada lagi smp – smp negeri yang masih membuka pendaftaran masuk  jadi aku daftar ke smp swasta yang murah dan bisa menerima aku. SMP HP itu nama smp pertama ku  yang kecil sempit dan lumayan jauh dari kosan ku, aku sudah mencari kosan dekat SMP HP tapi tidak ada yang murah jadi aku tetap kos di dekat SMP 1 dan menanggung malu saat mau pergi sekolah dan pulang sekolah karena di seragamku tercantum besar – besar nama SMP ku itu. Kadang malah ada yang menertawakan aku didepan aku sendiri dan bilang pemanjat dari SMP 1 ke SMP HP, aku pura –pura tidak kenal saja dengan mereka.”
“Yang sabar ya Sil,”
“Kamu bilang sabar seperti  kejadiannya sekarang saja”
“Oh iya hahahaha, terus teman sekosan yang SMP 1 gimana?”
“Ya tidak kenapa – kenapa, mereka tetap jadi teman sekos yang baik kok, cuek, pura –pura gak kenal dan angkuh. Di SMP HP lah aku merasa roda ada dibawah tanpa aku sadari aku yang memutar roda itu sendiri.” Dia memandang langit dengan wajah mellow seperti memandang bintang –bintang padahal diatas sama sekali tidak ada bintang, cerita lucunya akan berganti kah?
“aku di SMP itu menghindari pergaulan anak kota, aku diam saat belajar dan diam saat istirahat semua itu hanya bertahan 3 bulan. Aku lah yang dikejar teman – temanku saat itu, mereka mengajakku ke kantin dan akan ditraktir mereka tahu aku anak kos mungkin mereka berpikir aku seperti itu karena uang ku sedikit. Aku ikut –ikut saja dengan mereka. Fit, semua itu di awali ikut – ikut saja tanpa tahu kenapa , ada apa dan siapa mereka. Aku saat itu kesepian dan bosan dengan sikap yang menentang  sikap sebenarnya aku karena malu dan disaat rasa nyesek itu dipuncak ada yang mengajakku keluar tanpa aku lihat lagi arah mana aku dibawa”
Arsil berbicara sangat puitis sampai – sampai aku tidak tahu maksudnya apa, aku mendengarkannya saja tanpa mengganggu kenangan dia yang kembali
“aku awalnya dilayani seperti teman yang baik dan berjasa, dibayari dan benar – benar disayangi dan tidak lama mereka mengajakku jalan – jalan sepulang sekolah. Aku dengan konyolnya mengira itu adalah belajar bersama ternyata hanya duduk dipinggir jalan sambil ngerumpi dan ada yang merokok itu saja kerjaan kami. Aku lebih banyak bengong daripada menikmati pemandangan jalanan. Besok –besoknya aku tidak membawa buku ataupun tas dan memakai pakaian yang hampir sama dengan mereka. Bernyanyi – nyanyi di pinggir jalan ntah apa gunanya. Dan beberapa hari kemudian kami bertemu dengan kakak senior kami. Oh ya aku tidak ikut MOS lagi aku tidur di rumah saja saat hari – hari MOS. Kakak senior kami itu lebih ganas mereka tetap memakai pakaian SMP  dan seenaknya bergabung dengan kami. Dan mulai saat itu kami dan aku gabung dengan kakak kelas, yang dulunya anak nongkrongan yang pulang dulu kerumah untuk makan dan sholat sekarang malah tidak pulang langsung mencari posisi untuk duduk dan melakukan kegiatan yang menurut kami asyik. Aku mulai dikenalkan dengan rokok sebenarnya aku sama sekali tidak tahu rokok Ayah bukan perokok dan saat dikampung aku jarang ketemu orang yang merokok, aku tahu bahaya rokok tapi ya ikut – ikutan itulah. Aku mulai merokok. Menghisap kertas yang dibakar dan menghembuskan asap, saat pertama kali teman – teman ku tepuk tangan dengan bangganya mereka bilang aku lah perokok professional karena sekali coba sudah keren. Aku memakai seragam yang rapi tiap mau sekolah dari aku SD dulu, ibu bilang kalau mau kerumah orang harus berpakaian rapi apalagi mau ke rumah ilmu harus lebih sopan agar disegani ilmu. Tetapi  aku lupa dengan pesan Ibu yang dulu hampir tiap hari dia sebut itu. Aku ke SMP HP dengan pakaian yang mulai tidak rapi muka kusut dan tidak memakai seragam yang lengkap. Kelas satu begitu cepat untuk perkenalan saja. Dan aku jadi kelas dua yang lebih ganas lagi. Aku mulai jadi senior dan kami yang dulu takut dengan senior kami yang dulu mulai lebih berani dan bertindak seperti preman. Saat kelas dua itu aku baligh aku berubah jadi remaja bukan anak – anak lagi. Ayah tahu aku akan mengalami masa – masa itu dan butuh petunjuk, di tiap telepon  ayah menjelaskannya pada ku akan ada perubahan pada diriku  aku mengerti penjelasan ayah jadi walau tidak sama orang tua tapi aku merasa dibimbing juga kok sama orang tua saat masa perubahan itu. Aku bergaul dengan teman yang dewasanya lebih daripada aku dan mereka bercerita soal cinta. Mereka kadang membawa pacarnya ke tempat nongkrongan kami, kadang pacar yang dibawa bermacam – macam ada satu orang pernah bawa 3 cewek ke tempat kami. Saat itulah aku memaksa mengenal cinta, kau tahu Fit waktu kelas satu aku sering melihat gadis yang seperti selalu memerhatikan aku saat mau pergi dan pulang sekolah di depan SMP 1, saat itu aku cuek saja aku kira dia mau ngejek aku dan setelah mendengar penjelasan teman – temanku yang mengaku Pecinta sejati aku tahu dia suka padaku. Aku tes saja menegur itu cewek dan berkenalan eh taunya dia menembak aku dan aku yang memang saat itu belum pernah bawa pacar oke oke saja bila dia mau dibawa ke tempat nongkrongan aku.  Dia bilang dia kagum melihat aku yang berani melawan kepsek. Dan di SMP HP ada cewek yang cantik di kelas sebelah  aku tembak saja dan kau tahu tidak aku nembaknya pakai kata – kata cewek SMP 1 itu dan memang gombalan tuh cewek memang gila tuh cewek nerima aku langsung tanpa malu – malu dia lantang bilang iya aku mau jadi pacar kamu, padahal waktu aku ditembak cewek SMP itu saja malu – malu mengangguk hehehe”
“ihh kamu ditembak cewek kayak cewek saja, idiiihhh”
“Ehhh, mengangguk ku itu pakai perasaan jadi kesannya aku itu romantis, aku sudah punya cewek 2 dan belum juga aku bawa 2 cewek itu ke tempat nongkrongan aku, aku dikenalkan dengan cewek yang tetanggaan dengan temanku, katanya saat aku kerumahnya cewek itu melihatku dan dia naksir pada ku”
“ihhh sok keren”
“Lho itu katanya kan bukan kataku, tapi memang aku ganteng saat SMP”
“Kalau sekarang?”
“Sepertinya tidak, cari jodoh saja harus dijodohkan  hehehe”
“hahaha dulu laku sekarang ngga” kami tertawa bersama - sama
“iya dulu aku dapat cantik – cantik sekarang??”
“APA?” aku masang muka marah dan dia hanya tertawa dan melanjutkan kisahnya
“sudah 3 lah cewekku dan yang lain aku dapatkan di dunia maya, orang yang tidak sama sekali ku kenal  Cuma Hi lam kenal, leh kenalan gak?, eh nanti ada yang marah gak kita ngobrol gini?, terus tidak lama kemudian mau gak jadi pacar aku? Dengan santainya teman chat aku bilang iya kita sepertinya cocok. Padahal ya yang ngechat paling banyak itu teman ku dia yang sengaja menyruhku seperti itu biar dapat banyak pacar dan aku yang tidak pintar gombal – gombal menyerahkan semuanya ke dia walaupun aku yang chatting sama cewek – cewek itu juga pasti aku bilang sorry ya aku mau pulang dulu atau mau ke toilet. Dan tibalah aku kebingungan melayani orang yang tidak ku kenal itu lewat handphone ku, aku hanya membalas seadanya dan balik nanya itu lah terus. Aku banyak dapat teman cewek di dunia maya tetapi Cuma dual ah yang bisa jadi pacarku.
Pacarku ada 5 dan aku pemenang sebagai pecinta sejati di genk ku itu. Aku menikmati jabatan itu dan menikmati cewek – cewek yang bodoh itu. Anak SMP 1 itu kusuruh buat tugas ku, tetangga nya teman nongkronganku sering bawa aku makanan dia titipkan ke temanku itu dia tidak bisa pergi ke tempat kami karena orang tuanya yang protektif dan tentu saja aku tidak boleh kerumahnya karena dia dilarang pacaran. Pacar se SMP dengan ku kadang menemani ku di sekolah, pagi – pagi aku datang dia sudah memanggilku dan kami sudah bergandengan. Kadang tugas ku dibuat dia juga. Yang 2 itu dengan gebleknya setia mengisi pulsa ku. Aku bilang aku anak rantauan dan untuk smsan itu mahal bagiku dan mereka mengisi pulsaku dengan rutin asal balas sms mereka yang menanyakan Arsil sayang kamu lagi ngapain?, itu saja”
“Ya ampun Sil, kamu playboy gila, mainin perempuan segitunya”
“mereka yang geblek bukan aku”
“Hahaha terus gimana? Kamu bisa jadi pacar mereka semua?”
“Waktu rasanya cepat sekali baru saja menikmati fasilitas dari masing – masing pacarku aku sudah mendapatkan masalah di SMP HP”
“Bukannya masalah nya memang sudah ada dari awal masuk, berteman dengan preman, merokok lah dan berpacaran dengan banyak cewek lagi”
“Itu belum itu hanyalah awalnya saja, aku memang sudah jadi preman aku jadi sering majaki orang – orang karena uang kiriman Ayah yang gak mungkin cukup untuk beli rokok. Akhirnya aku ikut – ikutan lagi ke tingkat yang lebih tinggi yaitu tawuran. Hari senin aku ingat sekali hari itu, hari paling menyedihkan untuk aku. Cerita hari senin itu tidak pernah ku ceritakan ke orang lain hanya hari ini akan ku ceritakan ke kamu Fit, pagi – pagi seperti biasa nya aku datang terlambat sengaja biar  tidak upacara dan terima hukuman push up 20 kali, tidak sampai 30 menit aku disekolah ternyata guru – guru rapat dan kami boleh pulang. Aku senang sekali saat itu karena waktu itu aku tidak mengerjakan tugas jadi aku diselamatkan eh taunya aku diajak teman – teman se gank ku nongkrong di depan SMP yang tidak jauh dari SMP ku. Aku seperti biasa ikut saja. Waktu duduk didepan SMP itu teman – teman ku pada sibuk mengeluarkan barang – barang dari tas mereka ada yang bawa pisau, seruit, palu, dan linggis. Aku berpikir kita akan mencuri aku pun sudah pingin pergi dan belum juga lari tau – tau nya ada segerombalan anak – anak SMP tempat aku nongkrong itu berlari kea rah kami dan teman – teman ku malah ikut lari ke mereka, aku tau itu tawuran Fit, aku terlambat buat lari aku benar – benar takut sumpah aku tidak pernah di ajarkan berantem ataupun bermusuhan cukup dengan Girda saja. Aku juga ikut menyerang tanpa apa – apa, aku cuma menghindar agar tidak terluka, lawanku juga pada bawa senjata dan aku lihat ada yang pakai megang pinggang karena aku juga pakai tali pinggang untuk melawan mereka, dengan cekatan aku mencoba melawan sejadinya tetapi tiba – tiba ada yang memukul kepalaku rasanya sakit sekali aku saat itu mau pingsan karena takut diserang lagi aku pukul dia pakai tali pinggang kena lingginya tapi di tangannya satu lagi ada pisau dan lawan aku itu tertawa mengejek aku banci dan dia menggoreskan pisau di tanganku. Aku marah aku ambil linggis dan cepat memukulnya kena badannya kurasa pukulan ku sangat kuat tetapi dian masih bilang aku banci tambah marah aku dan aku naikkan linggis itu untuk memukul kepalanya tapi tiba – tiba temanku ada yang mencegahku katanya  “jangan pukul dia Sil, bahaya kalau ada yang mati dan ayo kita lari katanya polisi sudah “ belum juga ucapannya selesai dia teriak kesakitan kencang sekali. Aku sungguh kaget Fit, aku benar – benar tidak nyangka kalau dia ditusuk dari belakang sama lawanku tadi. Dia kesakitan Fit, sangat kesakitan matanya merah, mukanya penuh keringat dan dia berusaha ngomong tapi yang kudengar LARI. Aku bodoh dan jahat saat dia sangat kesakitan karena tulang belakangnya ditusuk dengan pisau aku malah  kebingungan dan ikut – ikutan lagi ikut berlari menghindar kejaran polisi sama dengan yang lain dan temanku yang kesakitan juga menyuruhku lari, dia sendiri disana saat polisi mulai mengejar kami. Aku pulang ke kosan dengan sangat ketakutan tidak pernah aku merasa takut selain hari itu, aku takut Hasan …. Me..ning..gal Fi” Dia menangis sepertinya benar – benar terjadi yang buruk dengan temannya.
“aku bingung harus gimana, semua temanku kabur entah kemana dan sudah sekitar 1 jam aku menangis di dalam kamar. Akhirnya aku ditangkap polisi, satu malam aku disana bersama dengan temanku yang juga tertangkap. Kabar Hasan belum ada yang tahu tidak ada yang berani bertanya ke polisi malam itu karena mereka semua sibuk memukulku, menyalahkan aku apa yang terjadi tadi siang. Sungguh aku juga marah dengan diri aku sendiri. Setelah habis dikeroyok semalaman di penjara akhirnya satu per satu dari kami keluar karena orang tua yang menjemput  tetapi aku anak rantauan minta jemput siapa. Polisi sudah menelepon ayahku dan katanya akan ada waliku yang datang menjemputku  sampai semua temanku keluar penjara belum juga ada yang datang. Aku tidak berharap bisa keluar cepat –cepat karena aku takut mendengar kabar Hasan, aku masih berharap di penjara saja aku tidak sanggup  hidup dengan penyesalan dan disalahkan orang – orang. Saat aku mau tidur pak polisi memanggil aku menyuruh aku keluar dan aku melihat laki – laki tua yang pernah kulihat tapi aku lupa. Aku malam itu pun keluar dari penjara dan tinggal bersama kakek.”
“jadi kamu ketemu kakek di penjara?”
“Iya, untuk pertama kalinya aku bertemu orang yang selalu diagungkan ayah. Kakek yang Cuma ku liat foto – foto nya saja  dan berharap tiap lebaran bisa ke kota untuk bertemu dengannya tapi karena kakek sejak aku lahir tinggal di luar negri maka kami tdak pernah berkunjung ke rumahnya, taulah penghasilan Ayah yang pasti tidak cukup untuk ke luar negri. Saat aku ditangkap polisi itu kakek sebenarnya baru saja tiba di Indonesia dan menelepon ayah, kakek benar – benar ingin bertemu dengan ku katanya dia kagum dengan aku persis seperti dia kecil dulu katanya. Dan saat itu ayah baru saja ditelepon polisi untuk menjemput aku yang ikut tawuran. Ya ayah bilang saja kalau mau liat aku liat saja di penjara dia baru saja tawuran mungkin capek tawuran jadi istirahat di penjara saja. Kakek yang mendengar itu tertawa – tawa saja dan kakek mau mengurus aku biar aku tidak rusak lagi. Jadi setelah aku bebas dari penjara aku tinggal sama kakek. Saat itu kakek memang tidak mengurus perusahaannya lagi karena dia mau istirahat saja, dia biarkan saja perusahaannya diurus Pamanku yang tinggal diluar negri juga.  Hidupku sungguh berubah disana, aku pindah sekolah dan untungnya rumah kakek jauh dari tempatku yang dulu.”
“Hasan?”

#Bersambung

Jumat, 21 September 2012

Ratu dan Raja Seharian (Ep. 4)

“Itu lah kenakalan ku tetapi bukan kelas satu saja tapi juga kelas berikutnya malah semakin nakal tapi syukurnya nilai ku bagus – bagus walau aku sangat ingin berjualan saja.  Dan aku pun lulus SD dengan nilai paling tinggi di kampungku. Aku minta SMP yang ada di kota aku mulai lupa dengan impian pertama ku”
“lalu ayah dan ibu setuju saja?”
“awalnya tidak karena takut lah aku masuk ke pergaulan bebas karena tahu aku sangat susah diatur, akhirnya dengan menimbang nilaiku yang hanya beda 0,1 dengan nilai tertinggi tingkat kota maka aku boleh sekolah diluar dan juga kakek aku kan juga punya rumah disana tetapi aku menolak tinggal di rumah kakek, aku mau benar – benar sendiri disana, ibu dan ayah tetap di kampung, ayah kerja sebagai pegawai biasa dan ibu jadi penjual sayur sedangkan aku tinggal di kota besar sendirian. Kau tahu Fitri disana aku benar – benar sendirian. Aku pergi ke kota itu sendiri tanpa ditemani sebenarnya ibu sudah siapkan pakaian ayah untuk berangkat bersamaku tapi aku marah menolak diantar segala, aku sudah pernah ke kota jadi aku tidak baru – baru amat ke kota itu yakin aku bisa hidup sendiri tanpa ditemani walau diantar ke stasiun. Aku turun dari kereta  masih masang muka segar tapi saat sudah 5 langkah aku mulai panik mencari mana pintu keluarnya perasaan dulu disini aku linglung diantara orang banyak taulah orang kampung jadi tidak biasa dengan keramaian, tiba – tiba satpam datang menghampiri aku maklumlah aku waktu itu masih kecil dan memang aku saat itu sedang ketakuktan dan bingung, si pak Satpam bertanya kepadaku “ Kamu tersesat ya?” aku jelaskan padanya kalau aku disini mau sekolah dan orangtua ada di kampung, dia malah bangga padaku dan mengantar jalan keluar padahal jalan keluarnya lurus saja dari tempat aku turun kereta tadi, dari situ aku pun belajar agar tidak usah gampang takut dulu harus coba dulu walau nanti aku tersesat pasti ada yang bantu. Aku pun naik angkutan umum untuk mencari tempat tinggal, aku orang baru sibuk bertanya ke kenek bus apakah dia lewat SMP 1 dan bus ke-9 pun mengangguk. Aku naik dan bilang ke kenek agar stop di SMP 1 dia mengangguk lagi. Kau tahu aku kalau duduk diatas kendaraan selalu tertidur jadi aku tidur sampai bus berhenti di daerah yang pasti tidak ku kenal. Orang yang duduk disebelahku  sudah beda dan yang berdiri sudah tidak ada aku bingung kok sepi tadi rame aku berdiri dan bertanya ke kenek kapan sampai di SMP 1. Dia bilang dengan santainya “tadi ini bus sudah 2 kali lewati SMP 1 tapi anda tidak menyuruh berhenti dan sekarang kita lagi lewati jalur yang beda tidak lewat SMP 1 lagi” Ya ampun Fit waktu itu betul – betul ingin berteriak ke supir kenek untungnya aku sadar ini kota orang jangan kampungan. Aku minta berhenti ditempat yang aman dan mudah mendapatkan bus untuk ke SMP 1 lagi”
“Kenapa tidak naik taksi saja atau ojek?”
“Ayah bilang uang ku sedikit kalau mau berpegian kalau tidak jalan kaki ya naik angkutan umum yang lebih murah jadi aku naik itu saja lagi pula aku tidak mengerti taksi. Aku dapat bus yang sepi aku berdiri saja tapi kenek nyuruh ku duduk  jadi aku duduk dekat pintu takut ketiduran. Dan ternyata SMP 1 itu sangat dekat dengan persimpangan aku menunggu bus tadi, aku turun dan tiba – tiba serbuan orang-orang berpakaian SMP berebut masuk ke bus. Aku lari dengan cepat. Aku keliling sekitar SMP 1 mencari kosan yang cocok ternyata ada khusus laki – laki dan murah rata – rata yang kos anak smp sama seperti aku dan ada juga yang kuliah. Aku dapat kamar atas  ada jendela yang menghadap ke luar wah aku semakin yakin betah. Aku daftar ke SMP 1 dan mengikuti tes” dia berhenti  karena menguap
“kau ngantuk ya?”
“Tidak cerita ku masih panjang ini bagian serunya ini juga baru jam 9, biar ceritanya makin enak buati kopi dong, aku pingin kopimu saat aku melamarmu lagi” dia  masang wajah manja, aku buatkan dia kopi persis caraku buat kopi saat hari pelamaran penuh rasa penasaran, siapa calon suamiku? Gantengkah? Dan sekarang bagaimana kelanjutan cerita dia itu?
“Nah ini baru nikmat” dia minum kopi ku lalu senyum dengan sumringah
“Ayo lanjutkan kamu lulus ga?”
“kau nanya aku lulus atau tidak? Tanpa ikut tes pun aku bisa saja lulus bukan kerena nyuap tapi nilai lapor dan nilai akhir ku itu dihitung – hitung paling tinggi. Aku lulus diurut pertama aku pun sah jadi anak SMP masuk ke dunia remaja. Awal – awal SMP ya MOS, aku tidak tahu MOS itu bagaimana dan aku ngikut – ngikut saja dan ternyata aku disuruh seperti orang gila bawa barang – barang yang buat apa, aku ikut MOS cuma memakaian pakaian SD tanpa aksesoris seperti temanku yang lain. Aku masuk dengan santai dan ternyata belum juga nyampe pagar aku sudah dihadang sama 2 kakak kelas ku dan mereka sibuk marah – marah. Aku tidak tau apa yang mereka katakan cuma yang kuingat dia bilang aku disini ingin jadi sok jagoan. Dan aku jawab iya bukan jadi badut atau orang gila, mereka tetap tidak ngizini aku masuk dan aku bilang kalau aku disini sudah jadi murid dengan SAH dan aku bayar, aku punya hak. Mereka dengan bangga bilang aku senior dan aku harus nuruti mereka. Aku tetap menolak dan aku tetap tidak boleh masuk. Fit aku tunjukkan kepada  mereka kalau aku memang mau jadi sok jagoan. Aku manjat pagar samping saat orang sedang upacara saat aku sampai di puncak pagar ada keributan kecil pada saat itu bendera baru saja dinaikkan dan petugas bendera yang tadinya mencegah ku masuk terkejut dan benderanya jadi turun lagi. Aku turun dan lari ke barisan yang masih berpakaian SD dan aksesorisnya. Baru berdiri 1 menit tiba – tiba aku sudah ditarik oleh bapak – bapak berkumis tebal ke depan lapangan sekolah. Aku berdiri disebelah bapak – bapak juga yang berdirinya seperti di paksa. Bendera sudah dibetulkan sebenarnya aku ingin ketawa tapi karena aku tahu saat upacara kita harus diam dan tertib walau waktu SD kalau upacara aku suka sakit”
“Pura – pura sakit kali”
“Ngga sakit beneran, aku kalau ikut upacara suka pegel jadi mending ga ikut saja”
“hahaha sama saja”
“saat sedang baca UUD aku lihat ada guru yang berdiri samba sender mungkin aku juga boleh bersender. Aku berdiri dengan gaya sok gitu. Murid – murid yang melihatku langsung ribut dan menunjuk – nunjuk kepsek itu lihat kebelakang dan dia langsung narik aku agar berdir di tengah – tengah pas disampingnya. Saat yang ditunggu – tunggu si kepsek ceramah. Pasti aku akan habis, awalnya dia santai dia mengucapkan selamat datang kepada kami dan tidak penting lainnya. Dan dia mulai menunjuk aku dan bilang kalau aku si anak pemanjat ingin mengajarkan bagaimana cara memanjat yang baik seperti tadi jadi aku disuruh megang mikrofon dan menyuruh ku bicara. Sumpah Fit aku nggak nyangka disuruh ngomomg depan orang banyak seumur – umur aku belum pernah walau aku dulunya penjual sayur yang pintar ngambil hati ibu – ibu tapi ini di sekolah dan aku paling benci ceramah mana mungkin aku ceramah kan. Si kepsek nyindir aku bilang manjat cepat masa’ ngajari ngga bisa ayolah ajari kami. Semua murid tertawa dan menyoraki aku. Aku mulai bicara, aku masih ingat apa saja yang aku katakan. Kayak gini” dia berdiri didepan ku dan menggegam HP nya dijadikan mikrofon.
“Saya buka pemanjat pak, saya ini murid baru yang mau sekolah tapi pas mau masuk saya dihadang dan dianggap sok jagoan. Saya tetap mau sekolah pak. Apa gunanya kalau sekolah dibangun tapi muridnya dilarang masuk sekolah. Jadi saya merasa saya sama seperti mereka yang disini bayar uang masuk, ikut tes  tapi kok saya ngga boleh masuk dengan alasan dilarang senior. Maksud saya bukan mau mengadu tapi kan saya mau ngajari cara memanjat yang baik seperti tadi jadi caranya itu semangat untuk masuk sekolah waktu manjat tadi saya ingat kata ibu saya “ awas kamu kalau tidak masuk sehari saja tanpa ibu ngga tahu, ibu pulangi kamu ke Ipukandra” jadi saya merasa kuat saja manjat padahal saya baru kali itu manjat pagar yang tinggi. Sekianlah pidato kali ini semoga kalian mendengar dengan rasa senang bukan terpaksa. Wasalammualaikum”
“prokkk… prookkk” aku tepuk tangan dan tertawa “terus terus si kepsek gimana mukanya?”
“wah dia marah sekali hahaha. Aku member mikrofon ke bapak kepsek dengan kasar dia ambil dan bicara tetap menyalahkan aku kalau aku ini contoh manusia tidak patuh aturan hidup seenaknya aku diam saja dibelakang lagian mereka juga tahu kenapa aku sekolah hari ini ya karena ibu ku kalau tidak sudah tidur – tiduran aku dirumah, dia juga bilang aku seperti anak yang tidak sekolah tidak diajarkan orangtua. Aku marah sekali orangtua dihina aku marah dan langsung berbicara keras memotong ceramahan kepsek.
Pak, anda jangan bawa orang tua saya, saya tadi bersender ke dinding ikut guru – guru itu kan guru kencing berdiri murid kencing berlari, Saya kira memang boleh seperti itu. Kata guru agama saya waktu SD di kampung orang yang suka menghina orang lain itu sebenarnya lebih hina daripada orang yang dihina. Bapak hati – hati kalau ceramah ini tempat terdidik pak. Dan kepsek masih membela dirinya dan tetap menyalahkan aku, upacara terseru pun selesai
5 menit kemudian nama aku yang paling atas dicoret. Aku di DO Fit. Aku  betul – betul sedih aku pulang seperti orang mau pingsan, sampai di kosan aku cuma mandangi jendela liha genteng SMP 1 dan menyesal untuk hari itu. Aku bingung gimana bilang sama ibu, gak mungkin aku bilang sebenarnya bisa dipulangkan aku. Syukurnya  aku belum kasih kabar dari aku lulus sampai sekarang surat itu aku simpan dalam tas yang mau ku kirim sepulang sekolah. Aku bilang saja aku tidak lulus dan mencari smp – smp lain. “
“Ya ampun Sil, kamu bohongi Ibu itu! Terus kamu daftar ke smp mana?”

#Bersambung

Kamis, 20 September 2012

Ratu dan Raja Seharian (Ep. 3)



“ya hadap ke teman – temanku lah malah air pipis ku kena meja depan teman ku dan aku bergoyang – goyang sambil tertawa saat pipis jadi air pipis ku menyebar kemana – mana hahahaha aku merasa artis kerena dilihat teman – teman”
“aku tidak percaya, yang cewek juga lihat?”
“Ya iya tapi ada juga yang nutup matanya dan nanya “ Alsil kamu ga malu apa?” aku jawab saja “Kamu kenapa tutup mata kamu ga punya ini jadi liat saja punyaku” entah apa lagi reaksinya aku lupa hahahaha, eh, kamu cemburu ya nanya – nanya perempuan. Hayo lho?”
“Ngga aku heran saja lihat kamu “
“ kan masih anak – anak aku kan ga ngerti tenang itu hanya terjadi sekali kok. Besoknya aku tidak pernah buka celana apalagi pipis dikelas”
“hahaha aku tidak tahu bagaimana kalau aku ada dikelas itu” aku tertawa sangat besar
“kau pasti senang” tawa ku lenyap
“Maaf aku bercanda hahaha, kau tahu aku nakal – nakal tapi juara kelas teman – temanku sibuk belajar membaca, menghitung dan menulis sedangkan aku tidak, aku sudah mahir semua malah aku membantu ibu Firda mengajar Girda yang lambat sekali tetapi aku tidak sebaik itu kok  aku pernah membuat tulisan “aku suka eek di dalam kelas” dan menunjukkan pada GIrda, Girda yang sama sekali belum bisa baca malah nanya apa yang ku tulis aku bilang itu “aku pendekar dalam kelas” dan aku menawarinya memakai ini dia dengan semangat mengangguk aku jadikan seperti kalung dan menggantung di leher Girda, dia pakai kalung buatan ku itu saat istirahat saat dikantin yang dipenuhi dengan kakak kelas yang pasti sudah pintar membaca tertawa melihat Girda, dia bingung memandangi aku, aku dengan senyum mengajungkan dua jempol dan dia pun tersenyum dan bergaya seprti pendekar, karena aku lupa kalau uangku ada di dalam tas jadi kusuruh Girda tunggu di depan pintu kantin sendirian. Setelah aku balik dia menangis sambil meremes kalung buatan ku dan aku menjauh takut melihat dia yang mengamuk. Kembali ke kelas dan pulang bersembunyi dalam kamar dengan wajah biasa saja. Ibu bertanya kenapa pulang cepat aku bilang saja Ibu Firda sakit campak kayak Yono Bu jadi tidak mengajar ibu percaya saja. Saat jam pulang pintu rumah diketuk dengan kasar dan teriakan ibu – ibu marah waktu ku buka ternyata Girda bersama ibunya. Ibu Girda langsung menyeretku keluar dan memarahiku aku dengan kasar aku lupa apa yang dikatakannya pokoknya dia marah sekali. Ibu keluar dengan wajah heran dan Ibu Girda memarahi ibuku dan aku protes bilang ibu ga salah ga perlu kena marah. Jadilah aku marahan ibu hari itu saat ayah pulang dia belum buka sepatu langsung ngoceh kepadaku dan bilang aku ini sombong. Sombong karena tidak pernah eek  dicelana jadi mentertawakan teman yang eek celana, sombomg pintar jadi mengerjai teman dengan cara yang tidak pantas. Aku pun mengerti saat itu. Aku merasa bersalah dan mau minta maaf. Sebagai  tembusan kesalahanku aku pergi sekolah dengan tulisan “aku minta maaf Girda, aku salah. Girda tidak eek dicelana dia Cuma sakit perut saja” itu lah yang ku pakai seharian disekolah Girda tetap diam kepadaku walau aku sudah mengajaknya bicara tetap saja dicueki dan saat dia salah menulis ingin kubetulkan dia malah menjolakku, aku pun jadi ikut diam saja sampai kenaikkan kelas dan dia tidak naik kelas dua, sejak saat itu aku tidak berteguran dan dia pindah entah kemana”
“wahh kau masih punya dosa dengan Girda, kasihan anak itu”
“Sekarang dia bukan anak – anak lagi sama seperti aku, aku kembali menegurnya di dunia maya saat asyik bermain facebook aku iseng mencari namanya dan ketemu saja dengannya dia masih ingat aku, dia malah tertawa saat mengulang kejadian itu. Tadi dia ada lho saat resepsi dia belum menikah dan sedang sibuk kerja.” Aku diam saja

#Bersambung

Selasa, 18 September 2012

Ratu dan Raja Seharian (Ep. 2)



“aku ini seorang direktur di perusahaan findotion yang tidak terlalu besar, lahir dikampung Ipukandra yang nama kampung itu diambil dari anak kecil yang tersesat dihutan dan mengubah hutan itu menjadi tempat  mainnya. Dan pada suatu hari peri hutan tersebut menemui Ipukandra dan menuruti permintaan  Ipukandra untuk mengubah hutan menjadi taman yang indah karena Ipukandra selalu membawa makanan dari rumah untuk binatang yang ada dihutan. Dan hutan itu berubah menjadi luas ada sungai, pohon – pohon nya jadi tersusun rapi, pergunungan terlihat indah. Itu lah kampungku”
“aku minta cerita tentang dirimu bukan Ipukandra, dia bukan suamiku”
“oh iya tapi kau kan sudah tahu”
“tahu apa? Kalau ditanya siapa suamimu? Bagaimana kehidupannya? Aku akan diam saja tidak tega bilang tidak tau”
“ohh jadi aku harus cerita apa?”
“dari kau kecil sampai sekarang. Jujurlah!” aku memandang matanya
“Baiklah, waktu kecil aku tinggal di kampong Ipukandra. Aku baru bisa jalan umur 1,3 tahun. Sifatku waktu kecil cerewet dan tidak bisa diam selama 5 menit saja. Aku benar – benar suka heboh dan sangking hebohnya  setiap hari ada saja barang – barang yang kurusaki bukan saja barang tapi juga manusia. Saat bergoncengan dengan ayah ke pasar aku duduk didepan dengan isengnya aku membelokkan stang motor ke kanan. Ayah yang terkejut langsung teriak dan motor sudah terlanjur menabrak pejalan kaki tak berdosa. Aku tidak apa –apa malah berdiri dan berjoget ria. Tidak ada yang tahu akulah tersangkanya”
“hahahaha lucu sekali “ aku tertawa sungguhan aku mulai mengenalnya
“lalu karena terlalu aktif aku di suruh bertani di depan rumah. Menanam semua jenis tanaman, bunga, pohon, dan sayuran. Kau tahu pohon yang ku tanam waktu itu ada 5 dan sekarang 3 pohon itu sudah tinggi sekali ada pohon jambu, mangga dan rambutan dan 2 nya lagi dimakan kambing. Aku sejak kecil sudah diajarkan tentang tanaman – tanaman. Semua tanaman itu ada guna nya walaupun ia hama dia tetap sumber oksigen kita. Aku menanam sayur – sayuran juga lho jadi ibu tidak perlu ke pasar untuk membeli bahan makanan. Seperti kol, wortel, ubi, dan yang lain. Yang paling senang saat panen karena aku lah yang sibuk memetiknya dengan bernyanyi – nyanyi. Kadang aku salah metik dan buahnya pun rusak. Aku paling susah bangun pagi padahal kan panen yang bagus itu saat pagi, aku malah siang – siang setelah makan maka kadang aku merusaknya. Karena itu aku jadi selalu bangun pagi membantu ibu panen hasil bertani kami. Kau tahu kan ayah dulunya pegawai di kantor sana. Dia hanya pegawai rendahan jadi gajinya pun syukur – syukur cukup untuk kebutuhan sehari – hari jadi aku jual saja hasil pertanian ku itu ke pasar. Sayuran seperti kembang kol, bayam, selada, tomat dan wortel pun ikut jual. Lumayan ternyata lumayan laku dan hasilnya kutabung untuk sekolah kun anti itu lah gaji pertama ku walau ada juga yang dibantu ibu hahaha”
“Ibu dan ayah tau kau jual itu, yang jualan siapa?”
“Tau dong malah mereka mendukung sekali karena kalau untuk makan sendiri kan terlalu banyak sayang dong kalau di buang. Awal – awalnya ibu ku di pasar tetapi karena merasa pasar itu sepi jadi aku minta pada ibu biar aku yang berjualan keliling kampung, ibu setuju – setuju saja kelihatanya dia tidak percaya dan menganggap aku main –main. Tetapi saat hari pertama aku berjualan keliling wah laku keras malah banyak yang tidak dapat, ibu terheran –heran tapi dia mulai bangga juga padaku. Aku jadi penjual sayur keliling pertama di kampungku, dengan  sepeda yang keranjang nya dijadikan tempat sayur. Uang hasil jualan keliling jadi hak milikku boleh buat jajan dan harus ada yang ditabung. Mulai saat itu aku bermimpi jadi orang terkaya di kampung ini “ Si Penjual  Sayur yang Kaya “ itu mimpi pertamaku.
Waktu sekolah pun tiba aku menolak untuk sekolah karena belum sekolah saja aku sudah dapat uang, waktunya aku TK aku berhasil  menghasut ibu agar tidak sekolah mungkin karena TK tidak terlalu perlu karena aku saja sudah sangat paham dengan hitung – hitungan uang  jadi tidak perlu belajar angka 1 sampai 10. Saat ajaran baru SD aku dipaksa sampai menangis aku lari keluar rumah dan dikejar ayahku sambil meraung – raung tetangga pada bingung ada apa dengan aku, sampai dirumah ibu sudah menyediakan baju merah dan celana pendek merah aku makin mengamuk. Aku teriak “Aku tidak mau sekolah, aku mau jualan sayur, aku sekolah ga dapat duit lagi nanti. Aku bisa belajar dirumah” ibu juga marah berkali – kali dia bilang sekolah itu penting lebih penting daripada uang dan sayuran tetapi aku tetap tidak mengerti  jadi ibu dengan teganya memukul ku dengan sapu dan saat aku diam dengan gesit dia buka bajuku dan aku pun jadi anak SD yang nakal.  Hari itu aku diantar kedua orang tuaku padahal aku menolak aku sudah tiap hari keliling kampung dan tak pernah tersesat tetapi mereka takut aku kabur. Aku malu pergi sekolah harus diantar orangtua tetapi ibu dan ayah malah enak dapat pujian dari teman – temannya “wah  keluarga yang harmonis sekali hari pertama anak sekolah diantar bareng – bareng” Anda mereka tau kejadian dirumah tadi dan memar biru di paha ku karena pukulan sapu”
“Hahahaha kau lucu sekali tadi kau bilang anak SD yang nakal, senakal apa sih? ”
“Nakal sekali tetapi syukurnya aku bertahan disana 6 tahun. Waktu hari pertama itu aku hanya diberi ceramahan dari ibu guru Firda dialah guru pertamaku, dan pulang jam 9 lewat 15. Aku pikir  ini sama pulangnya saat aku jualan tetapi aku bukannya dapat uang malah jajan aku pun berpikir uang ku pun akan habis. Malam itu juga aku berbicara seperti pria dewasa dengan ayah dan ibu. Aku meminta mereka  membiarkan aku seperti ini saja jadi penjual sayur karena mimpiku si penjual sayur yang  kaya apabila sekolah itu tidak akan tercapai. Ayah dan ibu malah tertawa saja mereka menyuruhku tidur dan lupakan mimpiku dan bermimpi saja saat tidur nanti. Aku pergi dengan wajah kecewa. aku waktu itu memang anak – anak tetapi karena sering bertemu dan ngobrol dengan orang –orang aku jadi lebih dewasa andai mereka memedulikan pembicaraan aku dan menanggapai dengan baik atau nasehati aku, pasti aku mengerti tetapi karena mereka tertawa padahal aku tidak ngelucu dan sedang serius jadi aku merasa  aku  hanya  boneka mereka saja dan aku bukan saja nakal dirumah tapi juga dirumah. Dan parahnya aku sengaja untuk berbuat tidak baik untuk melampiaskan rasa kesalku. Hari kedua aku Cuma diantar ibu aku pastinya menolak cuma ibu tetap mengikutiku, aku cuek  saja  jalan  dengan santai sesampai di sekolah ibu pergi meninggalkanku saat dia mau memelukku aku marah mengusirnya. Aku masuk kelas teman – teman  sudah duduk rapi dan ibu mereka yang nunggu di depan pintu pun ikut duduk rapi. Aku duduk disebelah Girda teman sebangkuku dia sepertinya takut duduknya sangat rapi, tangan dilipat diatas meja wajah kedepan itu lah yang diajar ibu Firda kemarin. Ibu FIrda masuk dia mengajar huruf – huruf dan tiba – tiba suara tangis terdengar di belakang ternyata temanku ada yang ngompol aku tertawa paling keras malah untuk melihat celananya aku naik atas meja, Ibu Firda pun marah kepadaku dan menyuruhku duduk, ibu anak itu langsung membawa anaknya pulang dan air pipisnya dibersihkan Ibu Firda. Aku masih tertawa dan mengejek nya anak bayi. Ibu firda hanya melotot melihatku dan aku tidak peduli. Besoknya lagi malah tiba – tiba saat bermain kejar – kejaran dikelas ada yang celananya basah dan penuh gitu ternyata dia buang air besar dicelana aku langsung berteriak “Girda eek di celana hahaha ada yang eek di celana hahaha pake pempers saja kamu Girda hahaha” aku menunjuk celana Girda teman yang lain langsung berlari melihat kebelakang Girda dan tertawa bersamaku cuma Girda yang nangis tak kalah kencang dengan suara kami. Aku ambil penggaris kayu di papan tulis lalu memukul pantat Girda dan kotorannya pun jatuh ke lantai teman – teman berlari menjauh Girda menangis semakin kencang memanggil ibunya sayang ibunya asyik ngerumpi di halaman sekolah jadi tidak dengar, aku malah tertawa dan sama sekali tidak membantu Girda padahalkan dia teman sebangkuku. Untung ibu Firda masuk dan melihat ada kotoran manusia di depan kelas dan baunya minta ampun, ditambah suara kencang tangis anak laki – laki dan cekikikan anak nakal. Ibu Firda keluar dengan terburu – buru memanggil Ibu Girda dan mencari bapak tukang bersih-bersih. Saat semua sudah beres aku kena marah ibu karena ketawai teman dan berbuat jahat. Aku pun berontak aku tidak mau disalahkan karena yang salah yang eek dong kan dia yang buat kotor kelas aku hanya membantu Girda agar celanannya ga penuh banget jadi kujatuhkan kotorannya itu hahaha. Sesampai dirumah aku cerita pada Ayah dan Ibu tapi mereka tertawa dan bilang “kau jangan gitu lagi ya, jangan suka usil” sama saja aku yang salah. Ya sudah biar ga salah lagi aku pipis di kelas bukan pipis celana tapi pipis dengan sengaja teman – teman bingung melihatku saat itu Ibu Firda sedang keluar sebentar dan saat dia masuk saat aku mau pakai celana dia teriak melihat aku yang buka celana di depan kelas ibu itu mungkin mau pingsan, langsunglah ibu –ibu penunggu dan guru – guru datang ke kelas mencari tahu ada apa. Aku dilarikan ke ruang kepala sekolah dan ibu ku datang dengan muka panik, semua sudah terjadi aku membela dengan santai “ kemarin teman saya pipis celana tidak kena marah malah saya yang kena marah masa’ saya yang pipis di depan kelas kena marah?” Ibu kepala sekolah itu sangat baik dan pengertian jadi dia mengerti menjelaskan kepadaku sejelas – jelasnya aku pun pura – pura paham bahwa teman yang sudah kesusahan jangan diketawai dan pipis itu harus di wc  dan temanku itu tidak sengaja pipis di celana dan aku tidak sepatutnya buka celana depan kelas.”
“Kau benar – benar buka celana? Pipis segala di depan kelas? Pasti di dinding kan? “ aku takut suamiku ini gila

#Bersambung