*postingan ini dibuat sebelum ada berita2 mengenai tawuran yang sedang rame sekarang
“Saat itu tidak ada lagi smp – smp negeri yang masih membuka
pendaftaran masuk jadi aku daftar ke smp
swasta yang murah dan bisa menerima aku. SMP HP itu nama smp pertama ku yang kecil sempit dan lumayan jauh dari kosan
ku, aku sudah mencari kosan dekat SMP HP tapi tidak ada yang murah jadi aku
tetap kos di dekat SMP 1 dan menanggung malu saat mau pergi sekolah dan pulang
sekolah karena di seragamku tercantum besar – besar nama SMP ku itu. Kadang
malah ada yang menertawakan aku didepan aku sendiri dan bilang pemanjat dari
SMP 1 ke SMP HP, aku pura –pura tidak kenal saja dengan mereka.”
“Yang sabar ya Sil,”
“Kamu bilang sabar seperti
kejadiannya sekarang saja”
“Oh iya hahahaha, terus teman sekosan yang SMP 1 gimana?”
“Ya tidak kenapa – kenapa, mereka tetap jadi teman sekos
yang baik kok, cuek, pura –pura gak kenal dan angkuh. Di SMP HP lah aku merasa
roda ada dibawah tanpa aku sadari aku yang memutar roda itu sendiri.” Dia
memandang langit dengan wajah mellow seperti memandang bintang –bintang padahal
diatas sama sekali tidak ada bintang, cerita lucunya akan berganti kah?
“aku di SMP itu menghindari pergaulan anak kota, aku diam
saat belajar dan diam saat istirahat semua itu hanya bertahan 3 bulan. Aku lah
yang dikejar teman – temanku saat itu, mereka mengajakku ke kantin dan akan
ditraktir mereka tahu aku anak kos mungkin mereka berpikir aku seperti itu
karena uang ku sedikit. Aku ikut –ikut saja dengan mereka. Fit, semua itu di
awali ikut – ikut saja tanpa tahu kenapa , ada apa dan siapa mereka. Aku saat
itu kesepian dan bosan dengan sikap yang menentang sikap sebenarnya aku karena malu dan disaat
rasa nyesek itu dipuncak ada yang mengajakku keluar tanpa aku lihat lagi arah
mana aku dibawa”
Arsil berbicara sangat puitis sampai – sampai aku tidak tahu
maksudnya apa, aku mendengarkannya saja tanpa mengganggu kenangan dia yang
kembali
“aku awalnya dilayani seperti teman yang baik dan berjasa,
dibayari dan benar – benar disayangi dan tidak lama mereka mengajakku jalan –
jalan sepulang sekolah. Aku dengan konyolnya mengira itu adalah belajar bersama
ternyata hanya duduk dipinggir jalan sambil ngerumpi dan ada yang merokok itu
saja kerjaan kami. Aku lebih banyak bengong daripada menikmati pemandangan
jalanan. Besok –besoknya aku tidak membawa buku ataupun tas dan memakai pakaian
yang hampir sama dengan mereka. Bernyanyi – nyanyi di pinggir jalan ntah apa
gunanya. Dan beberapa hari kemudian kami bertemu dengan kakak senior kami. Oh
ya aku tidak ikut MOS lagi aku tidur di rumah saja saat hari – hari MOS. Kakak
senior kami itu lebih ganas mereka tetap memakai pakaian SMP dan seenaknya bergabung dengan kami. Dan
mulai saat itu kami dan aku gabung dengan kakak kelas, yang dulunya anak
nongkrongan yang pulang dulu kerumah untuk makan dan sholat sekarang malah
tidak pulang langsung mencari posisi untuk duduk dan melakukan kegiatan yang
menurut kami asyik. Aku mulai dikenalkan dengan rokok sebenarnya aku sama
sekali tidak tahu rokok Ayah bukan perokok dan saat dikampung aku jarang ketemu
orang yang merokok, aku tahu bahaya rokok tapi ya ikut – ikutan itulah. Aku
mulai merokok. Menghisap kertas yang dibakar dan menghembuskan asap, saat
pertama kali teman – teman ku tepuk tangan dengan bangganya mereka bilang aku
lah perokok professional karena sekali coba sudah keren. Aku memakai seragam
yang rapi tiap mau sekolah dari aku SD dulu, ibu bilang kalau mau kerumah orang
harus berpakaian rapi apalagi mau ke rumah ilmu harus lebih sopan agar disegani
ilmu. Tetapi aku lupa dengan pesan Ibu
yang dulu hampir tiap hari dia sebut itu. Aku ke SMP HP dengan pakaian yang
mulai tidak rapi muka kusut dan tidak memakai seragam yang lengkap. Kelas satu
begitu cepat untuk perkenalan saja. Dan aku jadi kelas dua yang lebih ganas
lagi. Aku mulai jadi senior dan kami yang dulu takut dengan senior kami yang
dulu mulai lebih berani dan bertindak seperti preman. Saat kelas dua itu aku
baligh aku berubah jadi remaja bukan anak – anak lagi. Ayah tahu aku akan
mengalami masa – masa itu dan butuh petunjuk, di tiap telepon ayah menjelaskannya pada ku akan ada perubahan
pada diriku aku mengerti penjelasan ayah
jadi walau tidak sama orang tua tapi aku merasa dibimbing juga kok sama orang
tua saat masa perubahan itu. Aku bergaul dengan teman yang dewasanya lebih
daripada aku dan mereka bercerita soal cinta. Mereka kadang membawa pacarnya ke
tempat nongkrongan kami, kadang pacar yang dibawa bermacam – macam ada satu
orang pernah bawa 3 cewek ke tempat kami. Saat itulah aku memaksa mengenal
cinta, kau tahu Fit waktu kelas satu aku sering melihat gadis yang seperti
selalu memerhatikan aku saat mau pergi dan pulang sekolah di depan SMP 1, saat
itu aku cuek saja aku kira dia mau ngejek aku dan setelah mendengar penjelasan
teman – temanku yang mengaku Pecinta sejati aku tahu dia suka padaku. Aku tes
saja menegur itu cewek dan berkenalan eh taunya dia menembak aku dan aku yang
memang saat itu belum pernah bawa pacar oke oke saja bila dia mau dibawa ke
tempat nongkrongan aku. Dia bilang dia
kagum melihat aku yang berani melawan kepsek. Dan di SMP HP ada cewek yang
cantik di kelas sebelah aku tembak saja
dan kau tahu tidak aku nembaknya pakai kata – kata cewek SMP 1 itu dan memang
gombalan tuh cewek memang gila tuh cewek nerima aku langsung tanpa malu – malu
dia lantang bilang iya aku mau jadi pacar kamu, padahal waktu aku ditembak
cewek SMP itu saja malu – malu mengangguk hehehe”
“ihh kamu ditembak cewek kayak cewek saja, idiiihhh”
“Ehhh, mengangguk ku itu pakai perasaan jadi kesannya aku
itu romantis, aku sudah punya cewek 2 dan belum juga aku bawa 2 cewek itu ke
tempat nongkrongan aku, aku dikenalkan dengan cewek yang tetanggaan dengan
temanku, katanya saat aku kerumahnya cewek itu melihatku dan dia naksir pada
ku”
“ihhh sok keren”
“Lho itu katanya kan bukan kataku, tapi memang aku ganteng
saat SMP”
“Kalau sekarang?”
“Sepertinya tidak, cari jodoh saja harus dijodohkan hehehe”
“hahaha dulu laku sekarang ngga” kami tertawa bersama - sama
“iya dulu aku dapat cantik – cantik sekarang??”
“APA?” aku masang muka marah dan dia hanya tertawa dan
melanjutkan kisahnya
“sudah 3 lah cewekku dan yang lain aku dapatkan di dunia
maya, orang yang tidak sama sekali ku kenal
Cuma Hi lam kenal, leh kenalan gak?, eh nanti ada yang marah gak kita
ngobrol gini?, terus tidak lama kemudian mau gak jadi pacar aku? Dengan
santainya teman chat aku bilang iya kita sepertinya cocok. Padahal ya yang
ngechat paling banyak itu teman ku dia yang sengaja menyruhku seperti itu biar
dapat banyak pacar dan aku yang tidak pintar gombal – gombal menyerahkan
semuanya ke dia walaupun aku yang chatting sama cewek – cewek itu juga pasti
aku bilang sorry ya aku mau pulang dulu atau mau ke toilet. Dan tibalah aku
kebingungan melayani orang yang tidak ku kenal itu lewat handphone ku, aku
hanya membalas seadanya dan balik nanya itu lah terus. Aku banyak dapat teman
cewek di dunia maya tetapi Cuma dual ah yang bisa jadi pacarku.
Pacarku ada 5 dan aku pemenang sebagai pecinta sejati di
genk ku itu. Aku menikmati jabatan itu dan menikmati cewek – cewek yang bodoh
itu. Anak SMP 1 itu kusuruh buat tugas ku, tetangga nya teman nongkronganku
sering bawa aku makanan dia titipkan ke temanku itu dia tidak bisa pergi ke
tempat kami karena orang tuanya yang protektif dan tentu saja aku tidak boleh
kerumahnya karena dia dilarang pacaran. Pacar se SMP dengan ku kadang menemani
ku di sekolah, pagi – pagi aku datang dia sudah memanggilku dan kami sudah
bergandengan. Kadang tugas ku dibuat dia juga. Yang 2 itu dengan gebleknya
setia mengisi pulsa ku. Aku bilang aku anak rantauan dan untuk smsan itu mahal
bagiku dan mereka mengisi pulsaku dengan rutin asal balas sms mereka yang
menanyakan Arsil sayang kamu lagi ngapain?, itu saja”
“Ya ampun Sil, kamu playboy gila, mainin perempuan
segitunya”
“mereka yang geblek bukan aku”
“Hahaha terus gimana? Kamu bisa jadi pacar mereka semua?”
“Waktu rasanya cepat sekali baru saja menikmati fasilitas
dari masing – masing pacarku aku sudah mendapatkan masalah di SMP HP”
“Bukannya masalah nya memang sudah ada dari awal masuk,
berteman dengan preman, merokok lah dan berpacaran dengan banyak cewek lagi”
“Itu belum itu hanyalah awalnya saja, aku memang sudah jadi
preman aku jadi sering majaki orang – orang karena uang kiriman Ayah yang gak
mungkin cukup untuk beli rokok. Akhirnya aku ikut – ikutan lagi ke tingkat yang
lebih tinggi yaitu tawuran. Hari senin aku ingat sekali hari itu, hari paling
menyedihkan untuk aku. Cerita hari senin itu tidak pernah ku ceritakan ke orang
lain hanya hari ini akan ku ceritakan ke kamu Fit, pagi – pagi seperti biasa
nya aku datang terlambat sengaja biar
tidak upacara dan terima hukuman push up 20 kali, tidak sampai 30 menit
aku disekolah ternyata guru – guru rapat dan kami boleh pulang. Aku senang
sekali saat itu karena waktu itu aku tidak mengerjakan tugas jadi aku
diselamatkan eh taunya aku diajak teman – teman se gank ku nongkrong di depan
SMP yang tidak jauh dari SMP ku. Aku seperti biasa ikut saja. Waktu duduk
didepan SMP itu teman – teman ku pada sibuk mengeluarkan barang – barang dari
tas mereka ada yang bawa pisau, seruit, palu, dan linggis. Aku berpikir kita
akan mencuri aku pun sudah pingin pergi dan belum juga lari tau – tau nya ada
segerombalan anak – anak SMP tempat aku nongkrong itu berlari kea rah kami dan
teman – teman ku malah ikut lari ke mereka, aku tau itu tawuran Fit, aku terlambat
buat lari aku benar – benar takut sumpah aku tidak pernah di ajarkan berantem
ataupun bermusuhan cukup dengan Girda saja. Aku juga ikut menyerang tanpa apa –
apa, aku cuma menghindar agar tidak terluka, lawanku juga pada bawa senjata dan
aku lihat ada yang pakai megang pinggang karena aku juga pakai tali pinggang
untuk melawan mereka, dengan cekatan aku mencoba melawan sejadinya tetapi tiba
– tiba ada yang memukul kepalaku rasanya sakit sekali aku saat itu mau pingsan
karena takut diserang lagi aku pukul dia pakai tali pinggang kena lingginya
tapi di tangannya satu lagi ada pisau dan lawan aku itu tertawa mengejek aku
banci dan dia menggoreskan pisau di tanganku. Aku marah aku ambil linggis dan
cepat memukulnya kena badannya kurasa pukulan ku sangat kuat tetapi dian masih
bilang aku banci tambah marah aku dan aku naikkan linggis itu untuk memukul
kepalanya tapi tiba – tiba temanku ada yang mencegahku katanya “jangan pukul dia Sil, bahaya kalau ada yang
mati dan ayo kita lari katanya polisi sudah “ belum juga ucapannya selesai dia
teriak kesakitan kencang sekali. Aku sungguh kaget Fit, aku benar – benar tidak
nyangka kalau dia ditusuk dari belakang sama lawanku tadi. Dia kesakitan Fit,
sangat kesakitan matanya merah, mukanya penuh keringat dan dia berusaha ngomong
tapi yang kudengar LARI. Aku bodoh dan jahat saat dia sangat kesakitan karena
tulang belakangnya ditusuk dengan pisau aku malah kebingungan dan ikut – ikutan lagi ikut
berlari menghindar kejaran polisi sama dengan yang lain dan temanku yang kesakitan
juga menyuruhku lari, dia sendiri disana saat polisi mulai mengejar kami. Aku
pulang ke kosan dengan sangat ketakutan tidak pernah aku merasa takut selain
hari itu, aku takut Hasan …. Me..ning..gal Fi” Dia menangis sepertinya benar –
benar terjadi yang buruk dengan temannya.
“aku bingung harus gimana, semua temanku kabur entah kemana
dan sudah sekitar 1 jam aku menangis di dalam kamar. Akhirnya aku ditangkap
polisi, satu malam aku disana bersama dengan temanku yang juga tertangkap.
Kabar Hasan belum ada yang tahu tidak ada yang berani bertanya ke polisi malam
itu karena mereka semua sibuk memukulku, menyalahkan aku apa yang terjadi tadi
siang. Sungguh aku juga marah dengan diri aku sendiri. Setelah habis dikeroyok
semalaman di penjara akhirnya satu per satu dari kami keluar karena orang tua
yang menjemput tetapi aku anak rantauan
minta jemput siapa. Polisi sudah menelepon ayahku dan katanya akan ada waliku
yang datang menjemputku sampai semua
temanku keluar penjara belum juga ada yang datang. Aku tidak berharap bisa
keluar cepat –cepat karena aku takut mendengar kabar Hasan, aku masih berharap
di penjara saja aku tidak sanggup hidup
dengan penyesalan dan disalahkan orang – orang. Saat aku mau tidur pak polisi
memanggil aku menyuruh aku keluar dan aku melihat laki – laki tua yang pernah
kulihat tapi aku lupa. Aku malam itu pun keluar dari penjara dan tinggal
bersama kakek.”
“jadi kamu ketemu kakek di penjara?”
“Iya, untuk pertama kalinya aku bertemu orang yang selalu
diagungkan ayah. Kakek yang Cuma ku liat foto – foto nya saja dan berharap tiap lebaran bisa ke kota untuk
bertemu dengannya tapi karena kakek sejak aku lahir tinggal di luar negri maka
kami tdak pernah berkunjung ke rumahnya, taulah penghasilan Ayah yang pasti
tidak cukup untuk ke luar negri. Saat aku ditangkap polisi itu kakek sebenarnya
baru saja tiba di Indonesia dan menelepon ayah, kakek benar – benar ingin
bertemu dengan ku katanya dia kagum dengan aku persis seperti dia kecil dulu
katanya. Dan saat itu ayah baru saja ditelepon polisi untuk menjemput aku yang
ikut tawuran. Ya ayah bilang saja kalau mau liat aku liat saja di penjara dia
baru saja tawuran mungkin capek tawuran jadi istirahat di penjara saja. Kakek
yang mendengar itu tertawa – tawa saja dan kakek mau mengurus aku biar aku
tidak rusak lagi. Jadi setelah aku bebas dari penjara aku tinggal sama kakek.
Saat itu kakek memang tidak mengurus perusahaannya lagi karena dia mau
istirahat saja, dia biarkan saja perusahaannya diurus Pamanku yang tinggal
diluar negri juga. Hidupku sungguh
berubah disana, aku pindah sekolah dan untungnya rumah kakek jauh dari tempatku
yang dulu.”
“Hasan?”
#Bersambung