“ya hadap ke teman – temanku lah malah air pipis ku kena
meja depan teman ku dan aku bergoyang – goyang sambil tertawa saat pipis jadi
air pipis ku menyebar kemana – mana hahahaha aku merasa artis kerena dilihat
teman – teman”
“aku tidak percaya, yang cewek juga lihat?”
“Ya iya tapi ada juga yang nutup matanya dan nanya “ Alsil
kamu ga malu apa?” aku jawab saja “Kamu kenapa tutup mata kamu ga punya ini
jadi liat saja punyaku” entah apa lagi reaksinya aku lupa hahahaha, eh, kamu
cemburu ya nanya – nanya perempuan. Hayo lho?”
“Ngga aku heran saja lihat kamu “
“ kan masih anak – anak aku kan ga ngerti tenang itu hanya
terjadi sekali kok. Besoknya aku tidak pernah buka celana apalagi pipis
dikelas”
“hahaha aku tidak tahu bagaimana kalau aku ada dikelas itu”
aku tertawa sangat besar
“kau pasti senang” tawa ku lenyap
“Maaf aku bercanda hahaha, kau tahu aku nakal – nakal tapi
juara kelas teman – temanku sibuk belajar membaca, menghitung dan menulis
sedangkan aku tidak, aku sudah mahir semua malah aku membantu ibu Firda
mengajar Girda yang lambat sekali tetapi aku tidak sebaik itu kok aku pernah membuat tulisan “aku suka eek di
dalam kelas” dan menunjukkan pada GIrda, Girda yang sama sekali belum bisa baca
malah nanya apa yang ku tulis aku bilang itu “aku pendekar dalam kelas” dan aku
menawarinya memakai ini dia dengan semangat mengangguk aku jadikan seperti
kalung dan menggantung di leher Girda, dia pakai kalung buatan ku itu saat
istirahat saat dikantin yang dipenuhi dengan kakak kelas yang pasti sudah
pintar membaca tertawa melihat Girda, dia bingung memandangi aku, aku dengan
senyum mengajungkan dua jempol dan dia pun tersenyum dan bergaya seprti
pendekar, karena aku lupa kalau uangku ada di dalam tas jadi kusuruh Girda tunggu
di depan pintu kantin sendirian. Setelah aku balik dia menangis sambil meremes
kalung buatan ku dan aku menjauh takut melihat dia yang mengamuk. Kembali ke
kelas dan pulang bersembunyi dalam kamar dengan wajah biasa saja. Ibu bertanya
kenapa pulang cepat aku bilang saja Ibu Firda sakit campak kayak Yono Bu jadi
tidak mengajar ibu percaya saja. Saat jam pulang pintu rumah diketuk dengan
kasar dan teriakan ibu – ibu marah waktu ku buka ternyata Girda bersama ibunya.
Ibu Girda langsung menyeretku keluar dan memarahiku aku dengan kasar aku lupa
apa yang dikatakannya pokoknya dia marah sekali. Ibu keluar dengan wajah heran
dan Ibu Girda memarahi ibuku dan aku protes bilang ibu ga salah ga perlu kena
marah. Jadilah aku marahan ibu hari itu saat ayah pulang dia belum buka sepatu
langsung ngoceh kepadaku dan bilang aku ini sombong. Sombong karena tidak
pernah eek dicelana jadi mentertawakan
teman yang eek celana, sombomg pintar jadi mengerjai teman dengan cara yang
tidak pantas. Aku pun mengerti saat itu. Aku merasa bersalah dan mau minta
maaf. Sebagai tembusan kesalahanku aku
pergi sekolah dengan tulisan “aku minta maaf Girda, aku salah. Girda tidak eek
dicelana dia Cuma sakit perut saja” itu lah yang ku pakai seharian disekolah
Girda tetap diam kepadaku walau aku sudah mengajaknya bicara tetap saja dicueki
dan saat dia salah menulis ingin kubetulkan dia malah menjolakku, aku pun jadi
ikut diam saja sampai kenaikkan kelas dan dia tidak naik kelas dua, sejak saat
itu aku tidak berteguran dan dia pindah entah kemana”
“wahh kau masih punya dosa dengan Girda, kasihan anak itu”
“Sekarang dia bukan anak – anak lagi sama seperti aku, aku
kembali menegurnya di dunia maya saat asyik bermain facebook aku iseng mencari
namanya dan ketemu saja dengannya dia masih ingat aku, dia malah tertawa saat
mengulang kejadian itu. Tadi dia ada lho saat resepsi dia belum menikah dan
sedang sibuk kerja.” Aku diam saja
#Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar