Kamis, 20 September 2012

Ratu dan Raja Seharian (Ep. 3)



“ya hadap ke teman – temanku lah malah air pipis ku kena meja depan teman ku dan aku bergoyang – goyang sambil tertawa saat pipis jadi air pipis ku menyebar kemana – mana hahahaha aku merasa artis kerena dilihat teman – teman”
“aku tidak percaya, yang cewek juga lihat?”
“Ya iya tapi ada juga yang nutup matanya dan nanya “ Alsil kamu ga malu apa?” aku jawab saja “Kamu kenapa tutup mata kamu ga punya ini jadi liat saja punyaku” entah apa lagi reaksinya aku lupa hahahaha, eh, kamu cemburu ya nanya – nanya perempuan. Hayo lho?”
“Ngga aku heran saja lihat kamu “
“ kan masih anak – anak aku kan ga ngerti tenang itu hanya terjadi sekali kok. Besoknya aku tidak pernah buka celana apalagi pipis dikelas”
“hahaha aku tidak tahu bagaimana kalau aku ada dikelas itu” aku tertawa sangat besar
“kau pasti senang” tawa ku lenyap
“Maaf aku bercanda hahaha, kau tahu aku nakal – nakal tapi juara kelas teman – temanku sibuk belajar membaca, menghitung dan menulis sedangkan aku tidak, aku sudah mahir semua malah aku membantu ibu Firda mengajar Girda yang lambat sekali tetapi aku tidak sebaik itu kok  aku pernah membuat tulisan “aku suka eek di dalam kelas” dan menunjukkan pada GIrda, Girda yang sama sekali belum bisa baca malah nanya apa yang ku tulis aku bilang itu “aku pendekar dalam kelas” dan aku menawarinya memakai ini dia dengan semangat mengangguk aku jadikan seperti kalung dan menggantung di leher Girda, dia pakai kalung buatan ku itu saat istirahat saat dikantin yang dipenuhi dengan kakak kelas yang pasti sudah pintar membaca tertawa melihat Girda, dia bingung memandangi aku, aku dengan senyum mengajungkan dua jempol dan dia pun tersenyum dan bergaya seprti pendekar, karena aku lupa kalau uangku ada di dalam tas jadi kusuruh Girda tunggu di depan pintu kantin sendirian. Setelah aku balik dia menangis sambil meremes kalung buatan ku dan aku menjauh takut melihat dia yang mengamuk. Kembali ke kelas dan pulang bersembunyi dalam kamar dengan wajah biasa saja. Ibu bertanya kenapa pulang cepat aku bilang saja Ibu Firda sakit campak kayak Yono Bu jadi tidak mengajar ibu percaya saja. Saat jam pulang pintu rumah diketuk dengan kasar dan teriakan ibu – ibu marah waktu ku buka ternyata Girda bersama ibunya. Ibu Girda langsung menyeretku keluar dan memarahiku aku dengan kasar aku lupa apa yang dikatakannya pokoknya dia marah sekali. Ibu keluar dengan wajah heran dan Ibu Girda memarahi ibuku dan aku protes bilang ibu ga salah ga perlu kena marah. Jadilah aku marahan ibu hari itu saat ayah pulang dia belum buka sepatu langsung ngoceh kepadaku dan bilang aku ini sombong. Sombong karena tidak pernah eek  dicelana jadi mentertawakan teman yang eek celana, sombomg pintar jadi mengerjai teman dengan cara yang tidak pantas. Aku pun mengerti saat itu. Aku merasa bersalah dan mau minta maaf. Sebagai  tembusan kesalahanku aku pergi sekolah dengan tulisan “aku minta maaf Girda, aku salah. Girda tidak eek dicelana dia Cuma sakit perut saja” itu lah yang ku pakai seharian disekolah Girda tetap diam kepadaku walau aku sudah mengajaknya bicara tetap saja dicueki dan saat dia salah menulis ingin kubetulkan dia malah menjolakku, aku pun jadi ikut diam saja sampai kenaikkan kelas dan dia tidak naik kelas dua, sejak saat itu aku tidak berteguran dan dia pindah entah kemana”
“wahh kau masih punya dosa dengan Girda, kasihan anak itu”
“Sekarang dia bukan anak – anak lagi sama seperti aku, aku kembali menegurnya di dunia maya saat asyik bermain facebook aku iseng mencari namanya dan ketemu saja dengannya dia masih ingat aku, dia malah tertawa saat mengulang kejadian itu. Tadi dia ada lho saat resepsi dia belum menikah dan sedang sibuk kerja.” Aku diam saja

#Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar