“Itu lah kenakalan ku tetapi bukan kelas satu saja tapi juga kelas berikutnya malah semakin nakal tapi syukurnya nilai ku bagus – bagus walau aku sangat ingin berjualan saja. Dan aku pun lulus SD dengan nilai paling tinggi di kampungku. Aku minta SMP yang ada di kota aku mulai lupa dengan impian pertama ku”
“lalu ayah dan ibu setuju saja?”
“awalnya tidak karena takut lah aku masuk ke pergaulan bebas karena tahu aku sangat susah diatur, akhirnya dengan menimbang nilaiku yang hanya beda 0,1 dengan nilai tertinggi tingkat kota maka aku boleh sekolah diluar dan juga kakek aku kan juga punya rumah disana tetapi aku menolak tinggal di rumah kakek, aku mau benar – benar sendiri disana, ibu dan ayah tetap di kampung, ayah kerja sebagai pegawai biasa dan ibu jadi penjual sayur sedangkan aku tinggal di kota besar sendirian. Kau tahu Fitri disana aku benar – benar sendirian. Aku pergi ke kota itu sendiri tanpa ditemani sebenarnya ibu sudah siapkan pakaian ayah untuk berangkat bersamaku tapi aku marah menolak diantar segala, aku sudah pernah ke kota jadi aku tidak baru – baru amat ke kota itu yakin aku bisa hidup sendiri tanpa ditemani walau diantar ke stasiun. Aku turun dari kereta masih masang muka segar tapi saat sudah 5 langkah aku mulai panik mencari mana pintu keluarnya perasaan dulu disini aku linglung diantara orang banyak taulah orang kampung jadi tidak biasa dengan keramaian, tiba – tiba satpam datang menghampiri aku maklumlah aku waktu itu masih kecil dan memang aku saat itu sedang ketakuktan dan bingung, si pak Satpam bertanya kepadaku “ Kamu tersesat ya?” aku jelaskan padanya kalau aku disini mau sekolah dan orangtua ada di kampung, dia malah bangga padaku dan mengantar jalan keluar padahal jalan keluarnya lurus saja dari tempat aku turun kereta tadi, dari situ aku pun belajar agar tidak usah gampang takut dulu harus coba dulu walau nanti aku tersesat pasti ada yang bantu. Aku pun naik angkutan umum untuk mencari tempat tinggal, aku orang baru sibuk bertanya ke kenek bus apakah dia lewat SMP 1 dan bus ke-9 pun mengangguk. Aku naik dan bilang ke kenek agar stop di SMP 1 dia mengangguk lagi. Kau tahu aku kalau duduk diatas kendaraan selalu tertidur jadi aku tidur sampai bus berhenti di daerah yang pasti tidak ku kenal. Orang yang duduk disebelahku sudah beda dan yang berdiri sudah tidak ada aku bingung kok sepi tadi rame aku berdiri dan bertanya ke kenek kapan sampai di SMP 1. Dia bilang dengan santainya “tadi ini bus sudah 2 kali lewati SMP 1 tapi anda tidak menyuruh berhenti dan sekarang kita lagi lewati jalur yang beda tidak lewat SMP 1 lagi” Ya ampun Fit waktu itu betul – betul ingin berteriak ke supir kenek untungnya aku sadar ini kota orang jangan kampungan. Aku minta berhenti ditempat yang aman dan mudah mendapatkan bus untuk ke SMP 1 lagi”
“Kenapa tidak naik taksi saja atau ojek?”
“Ayah bilang uang ku sedikit kalau mau berpegian kalau tidak jalan kaki ya naik angkutan umum yang lebih murah jadi aku naik itu saja lagi pula aku tidak mengerti taksi. Aku dapat bus yang sepi aku berdiri saja tapi kenek nyuruh ku duduk jadi aku duduk dekat pintu takut ketiduran. Dan ternyata SMP 1 itu sangat dekat dengan persimpangan aku menunggu bus tadi, aku turun dan tiba – tiba serbuan orang-orang berpakaian SMP berebut masuk ke bus. Aku lari dengan cepat. Aku keliling sekitar SMP 1 mencari kosan yang cocok ternyata ada khusus laki – laki dan murah rata – rata yang kos anak smp sama seperti aku dan ada juga yang kuliah. Aku dapat kamar atas ada jendela yang menghadap ke luar wah aku semakin yakin betah. Aku daftar ke SMP 1 dan mengikuti tes” dia berhenti karena menguap
“kau ngantuk ya?”
“Tidak cerita ku masih panjang ini bagian serunya ini juga baru jam 9, biar ceritanya makin enak buati kopi dong, aku pingin kopimu saat aku melamarmu lagi” dia masang wajah manja, aku buatkan dia kopi persis caraku buat kopi saat hari pelamaran penuh rasa penasaran, siapa calon suamiku? Gantengkah? Dan sekarang bagaimana kelanjutan cerita dia itu?
“Nah ini baru nikmat” dia minum kopi ku lalu senyum dengan sumringah
“Ayo lanjutkan kamu lulus ga?”
“kau nanya aku lulus atau tidak? Tanpa ikut tes pun aku bisa saja lulus bukan kerena nyuap tapi nilai lapor dan nilai akhir ku itu dihitung – hitung paling tinggi. Aku lulus diurut pertama aku pun sah jadi anak SMP masuk ke dunia remaja. Awal – awal SMP ya MOS, aku tidak tahu MOS itu bagaimana dan aku ngikut – ngikut saja dan ternyata aku disuruh seperti orang gila bawa barang – barang yang buat apa, aku ikut MOS cuma memakaian pakaian SD tanpa aksesoris seperti temanku yang lain. Aku masuk dengan santai dan ternyata belum juga nyampe pagar aku sudah dihadang sama 2 kakak kelas ku dan mereka sibuk marah – marah. Aku tidak tau apa yang mereka katakan cuma yang kuingat dia bilang aku disini ingin jadi sok jagoan. Dan aku jawab iya bukan jadi badut atau orang gila, mereka tetap tidak ngizini aku masuk dan aku bilang kalau aku disini sudah jadi murid dengan SAH dan aku bayar, aku punya hak. Mereka dengan bangga bilang aku senior dan aku harus nuruti mereka. Aku tetap menolak dan aku tetap tidak boleh masuk. Fit aku tunjukkan kepada mereka kalau aku memang mau jadi sok jagoan. Aku manjat pagar samping saat orang sedang upacara saat aku sampai di puncak pagar ada keributan kecil pada saat itu bendera baru saja dinaikkan dan petugas bendera yang tadinya mencegah ku masuk terkejut dan benderanya jadi turun lagi. Aku turun dan lari ke barisan yang masih berpakaian SD dan aksesorisnya. Baru berdiri 1 menit tiba – tiba aku sudah ditarik oleh bapak – bapak berkumis tebal ke depan lapangan sekolah. Aku berdiri disebelah bapak – bapak juga yang berdirinya seperti di paksa. Bendera sudah dibetulkan sebenarnya aku ingin ketawa tapi karena aku tahu saat upacara kita harus diam dan tertib walau waktu SD kalau upacara aku suka sakit”
“Pura – pura sakit kali”
“Ngga sakit beneran, aku kalau ikut upacara suka pegel jadi mending ga ikut saja”
“hahaha sama saja”
“saat sedang baca UUD aku lihat ada guru yang berdiri samba sender mungkin aku juga boleh bersender. Aku berdiri dengan gaya sok gitu. Murid – murid yang melihatku langsung ribut dan menunjuk – nunjuk kepsek itu lihat kebelakang dan dia langsung narik aku agar berdir di tengah – tengah pas disampingnya. Saat yang ditunggu – tunggu si kepsek ceramah. Pasti aku akan habis, awalnya dia santai dia mengucapkan selamat datang kepada kami dan tidak penting lainnya. Dan dia mulai menunjuk aku dan bilang kalau aku si anak pemanjat ingin mengajarkan bagaimana cara memanjat yang baik seperti tadi jadi aku disuruh megang mikrofon dan menyuruh ku bicara. Sumpah Fit aku nggak nyangka disuruh ngomomg depan orang banyak seumur – umur aku belum pernah walau aku dulunya penjual sayur yang pintar ngambil hati ibu – ibu tapi ini di sekolah dan aku paling benci ceramah mana mungkin aku ceramah kan. Si kepsek nyindir aku bilang manjat cepat masa’ ngajari ngga bisa ayolah ajari kami. Semua murid tertawa dan menyoraki aku. Aku mulai bicara, aku masih ingat apa saja yang aku katakan. Kayak gini” dia berdiri didepan ku dan menggegam HP nya dijadikan mikrofon.
“Saya buka pemanjat pak, saya ini murid baru yang mau sekolah tapi pas mau masuk saya dihadang dan dianggap sok jagoan. Saya tetap mau sekolah pak. Apa gunanya kalau sekolah dibangun tapi muridnya dilarang masuk sekolah. Jadi saya merasa saya sama seperti mereka yang disini bayar uang masuk, ikut tes tapi kok saya ngga boleh masuk dengan alasan dilarang senior. Maksud saya bukan mau mengadu tapi kan saya mau ngajari cara memanjat yang baik seperti tadi jadi caranya itu semangat untuk masuk sekolah waktu manjat tadi saya ingat kata ibu saya “ awas kamu kalau tidak masuk sehari saja tanpa ibu ngga tahu, ibu pulangi kamu ke Ipukandra” jadi saya merasa kuat saja manjat padahal saya baru kali itu manjat pagar yang tinggi. Sekianlah pidato kali ini semoga kalian mendengar dengan rasa senang bukan terpaksa. Wasalammualaikum”
“prokkk… prookkk” aku tepuk tangan dan tertawa “terus terus si kepsek gimana mukanya?”
“wah dia marah sekali hahaha. Aku member mikrofon ke bapak kepsek dengan kasar dia ambil dan bicara tetap menyalahkan aku kalau aku ini contoh manusia tidak patuh aturan hidup seenaknya aku diam saja dibelakang lagian mereka juga tahu kenapa aku sekolah hari ini ya karena ibu ku kalau tidak sudah tidur – tiduran aku dirumah, dia juga bilang aku seperti anak yang tidak sekolah tidak diajarkan orangtua. Aku marah sekali orangtua dihina aku marah dan langsung berbicara keras memotong ceramahan kepsek.
Pak, anda jangan bawa orang tua saya, saya tadi bersender ke dinding ikut guru – guru itu kan guru kencing berdiri murid kencing berlari, Saya kira memang boleh seperti itu. Kata guru agama saya waktu SD di kampung orang yang suka menghina orang lain itu sebenarnya lebih hina daripada orang yang dihina. Bapak hati – hati kalau ceramah ini tempat terdidik pak. Dan kepsek masih membela dirinya dan tetap menyalahkan aku, upacara terseru pun selesai
5 menit kemudian nama aku yang paling atas dicoret. Aku di DO Fit. Aku betul – betul sedih aku pulang seperti orang mau pingsan, sampai di kosan aku cuma mandangi jendela liha genteng SMP 1 dan menyesal untuk hari itu. Aku bingung gimana bilang sama ibu, gak mungkin aku bilang sebenarnya bisa dipulangkan aku. Syukurnya aku belum kasih kabar dari aku lulus sampai sekarang surat itu aku simpan dalam tas yang mau ku kirim sepulang sekolah. Aku bilang saja aku tidak lulus dan mencari smp – smp lain. “
“Ya ampun Sil, kamu bohongi Ibu itu! Terus kamu daftar ke smp mana?”
#Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar